“ Diantara tanda matinya qalbu adalah
tidak bersedih atas ketaatan yang terlewat dan tidak menyesal atas dosa yang
diperbuat “ (48)
ENGKAU HARUS
mulai cemaskan dirimu bila ibadah ( shalat , puasa , zakat , zikir , dll ) yang
engkau tinggalkan tidak membuatmu bersedih . Engkau juga harus mulai pertanyakan
dirimu bila segala bentuk pelanggaran syariat tidak membuatmu menyesal . Jika
keadaanmu sudah tidak peduli dengan semua itu , tandanya bahwa ada yang tidak
beres dengan hatimu . Engkau harus segera “ siram “ dirimu agar “ tanah gersang
“ mu subur kembali . Sempatkanlah dirimu “ menyendiri “ sesaat , jadikan hatimu
tergugat . Pertanyakan mengapa engkau sebegitu pekat , lalu menangislah
kepada-Nya dalam munajat . Engkau akan segera sehat .
***
“ Jangan sampai dosa itu kuanggap
besar sehingga menghalangimu dari berprasangka baik kepada Allah . Sebab ,
siapa yang mengenal Allah akan memandang kecil dosa jika diukur dengan
kemurahan-Nya “ (49)
BICARAKANLAH
“ BAIK-BAIK “ tentang semua kesalahanmu dan dosa-dosamu di hadapan-Nya . Engkau
tidaklah layak menyimpulkan sesuatu yang tidak kauketahui . Allah senantiasa
mendahulukan rahmat-Nya dibanding murka-Nya . Jadi , tidak ada alasan bagimu
untuk tidak datang kepada-Nya karena merasa tidak mungkin diterima oleh-Nya .
Itu hanya perasaanmu saja , keputusasaanmu atas perbuatanmu sendiri . Engkau
telah tidak adil pada-Nya bila engkau terus bersikap begitu.
Sungguh,kadang dosa besar yang kita akui dihadapan-Nya bukan saja menghadirkan pengampunan-Nya,melainkan sering kali melahirkan kearifan hidup yang bisa engkau bagikan pada orang lain. Berangkatlah menuju-Nya,tinggalkan semua kecenderunganmu berprasangka.
Sungguh,kadang dosa besar yang kita akui dihadapan-Nya bukan saja menghadirkan pengampunan-Nya,melainkan sering kali melahirkan kearifan hidup yang bisa engkau bagikan pada orang lain. Berangkatlah menuju-Nya,tinggalkan semua kecenderunganmu berprasangka.
***
“ Tiada dosa kecil bila dihadapkan pada keadilan-Nya. Dan tiada dosa besar bila dihadapkan pada karunia-Nya” (50)
JANGAN
SEKALI-KALI meminta keadilan-Nya . Sebab , Dia lebih mengetahui apa yang pantas
buatmu . Jangan menghitung dosamu yang kecil dalam hal ini, sebab keadilan-Nya
bisa membuatmu terperangkap dalam kesulitan keluar dari kebiasaanmu berbuat dosa yang lebih
besar.Jangan sekali-kali meragukan kemurahan-Nya . Sebab , saat kemurahan-Nya
hadir untukmu , dosa besarmu tidak berarti di hadapan-Nya.Jika Allah
mendahulukan keadilan-Nya , tentu binasalah semua pelaku kejahatan dan dosa di
muka bumi ini, termasuk dirimu . Yang harus engkau lakukan kini adalah,
senantiasalah berpulang kepada-Nya , bersandarlah pada kemurahan-Nya , nikmati
karunia lembut-Nya.
***
“ Tidak ada amal yang lebih
berpeluang diterima daripada amal yang tidak engkau sadari dan engkau pandang
tak berarti “ (51)
JAGALAH
HATIMU untuk selalu menganggap kecil amal perbuatanmu . Sebab , dengan demikian
engkau terjaga dari kemungkinan berbelok dan tergoda pada pamrih duniawi.
Biarkanlah perbuatan baikmu tumbuh dan berkembang secara alami, dalam siraman
air kejernihan ( ikhlas ) . Engkau tidak perlu terlalu ingin memamerkan
perbuatanmu , ikhlas akan menjadikannya tumbuh membesar , dan Allah-lah yang
akan memamerkan buahnya kepadamu juga kepada semua makhluk-Nya. Karena itu ,
berbuatlah kebaikan sebanyak-banyaknya, sembunyikankanlah seperti engkau
menyembunyikan keburukanmu.
***
“Allah memberikan
limpahan spiritual padamu tidak lain agar engkau mendatangi-Nya” (52)
PERCAYALAH ,
ENGKAU tidak sepenuhnya memperoleh derajat kedekatan karena amalmu semata.
Tetapi, Allah telah memberimu karunia spiritual yang membuatmu begitu
mengagumi-Nya, menikmati semua jamuan-Nya, dan terhibur dengan semua
perintah-Nya. Hingga engkau terpesona pada setiap pandangan yang tertuju
pada-Nya. Inilah keindahan tak ternilai yang terus Allah karuniakan padamu.
Jadi, jangan banggakan amalmu di hadapan-Nya, apalagi di hadapan makhluk-Nya.
***
“ Dia
memberimu limpahan spiritual untuk menyelamatkanmu dari cengkeraman
bayang-bayang ciptaan dan membebaskanmu dari diperbudak benda-benda ciptaan”
(53)
PERTANYAKANLAH
PADA dirimu, seberapa bisa engkau keluar dari pesona duniawi yang begitu memabukkan.
Bila bukan karena karunia spiritual-Nya, engkau masih tetap terjebak pada tipuan dan kepalsuannya. Pertanyakanlah pula, seberapa kuat engkau membebaskan dirimu dari kerangkeng duniawi. Bila tanpa karunia spiritual-Nya, engkau hari ini pasti masih terpenjara oleh semua itu. Allah membuatmu tetap berada dalam duniamu, tetapi memberimu ilham perilaku agar tak terseret pada permainannya yang melalaikan. Segeralah sadari, sebab apalah nikmatnya hidup dalam penjara?
Apalah artinya engkau merasa memiliki sesuatu yang hakikatnya semu? Bukalah matamu ....
Bila bukan karena karunia spiritual-Nya, engkau masih tetap terjebak pada tipuan dan kepalsuannya. Pertanyakanlah pula, seberapa kuat engkau membebaskan dirimu dari kerangkeng duniawi. Bila tanpa karunia spiritual-Nya, engkau hari ini pasti masih terpenjara oleh semua itu. Allah membuatmu tetap berada dalam duniamu, tetapi memberimu ilham perilaku agar tak terseret pada permainannya yang melalaikan. Segeralah sadari, sebab apalah nikmatnya hidup dalam penjara?
Apalah artinya engkau merasa memiliki sesuatu yang hakikatnya semu? Bukalah matamu ....
***
“Dia memberimu limpahan spiritual untuk
mengeluarkanmu dari penjara wujudmu menuju cakrawala penyaksianmu” (54)
KEBUTUHAN
JASMANI kita begitu banyak dan sering sekali tidak terkontrol. Semakin sering
kita memanjakannya, semakin kita terjebak pada rutinitas yang membosankan.
Bahkan , lebih dari itu hidup menjadi makin terkekang pada batasan kebutuhan
ragawi. Allah memberi kita karunia spiritual agar kita bisa melepaskan diri
dari jebakan ragawi. Sebab, begitu rantai kekang ragawi terlepas, kita akan
melihat berbagi pesona spiritual yang mengagumkan. Hidup menjadi tak lagi
sempit, pandangan kita tentang melintas batas.
Kita terus menerus menyaksikan keajaiban demi keajaiban hidup dalam bimbingan-Nya . Kenyangkan dirimu dengan asupan spiritual , berpuasalah ....
Kita terus menerus menyaksikan keajaiban demi keajaiban hidup dalam bimbingan-Nya . Kenyangkan dirimu dengan asupan spiritual , berpuasalah ....
***
“Cahaya adalah tunggangan kalbu dan
segala rahasia jiwa” (55)
PENUHILAH
DIRIMU dengan aktivitas ruhani. Beribadahlah dengan tekun. Sempurnakan
ibadahmu. Bila semua ini sudah engkau jalani dengan benar , engkau akan nikmati
kehadiran cahaya dalam hidupmu. Nikmatilah cahaya yang kautemukan untuk
menghantarkankanmu lebih dalam, lebih jauh. Sebab, perjalananmu melewati lorong
gelap kehidupan ini mustahil tanpa cahaya . Dengan cahaya , engkau akan semakin
jelas menuju tempat yang engkau inginkan . Dan dengan cahaya , engkau bisa
memilih yang terbaik dari yang tersedia
untuk engkau nikmati. Bergabunglah dalam keluarga-Nya , orang-orang yang
senantiasa dekat dengan-Nya, sibuk bersama-Nya.
***
“Cahaya adalah prajurit kalbu
sebagaimana kegelapan prajurit nafsu. Apabila Allah hendak menolong hamba-Nya
maka Dia membantunya dengan prajurit cahaya serta memutus bantuan kegelapan dan
makhuk darinya” (56)
CAHAYA
ADALAH obor kesadaran (hati), sedang kegelapan adalah selimut kecenderungan
(nafsu). Hati yang dipenuhi cahaya melahirkan semangat perubahan yang tidak
menghancurkan . Sementara nafsu yang dipenuhi kegelapan senantiasa
meluluh-lantakkan. Setiap saat, pertemuan keduanya terjadi. Sadarilah ,
pertarungan besar sedang terjadi dalam dirimu. Bila tentara hati yang menang ,
hidupmu akan tenang. Tapi Bila tentara nafsu yang menang , engkau akan
senantiasa bimbang dan dipenuhi ketidak pastian. Sungguh, Allah senantiasa
membantumu dengan membuat lebih terang cahaya hatimu dan menjadikan berat
nafsumu. Kini, belajarlah untuk tidak mengingkari hati nuranimu ....
***
“Cahaya bisa menyingkap, mata hati
bisa memberi penilaian. Serta kalbu bisa menghadap dan membelakangi.” (57)
KEBENARAN
TERSINGKAP karena hadirnya cahaya
(hidayah) yang terang dan menerangi. Lalu matahari mengambil keputusan untuk menetapkan kebenaran sebagai pilihan. Tetapi,
sebagaimana watak hati yang bolak-balik , kebenaran sering kali diakui dan
diingkari sesuai dengan keadaanya. Wajar bila kita kerap kali sudah mengetahui
kebenaran , memutuskan untuk berdiri tegak dalam kebenaran, tetapi tiba-tiba
berubah. Hati menjadi penentu terlaksanya sebuah perbuatan. Hatilah yang menolak dan menerima , yang membawamu
maju atau mundur , menghadap pada kebenaran atau bahkan membelakanginya.
Hati-hati dengan hatimu, lihat dan dengarkan suara matahatimu.
***
“Janganlah engkau bergembira dengan
ketaatan lantaran engkau mampu melaksanakannya. Namun , bergembiralah dengannya
lantaran ia bisa dilakukan karena karunia Allah padamu. Katakanlah, ”Berkat
karunia dan rahmat Allah itulah hendaknya kalian bergembira. Ia lebih baik
daripada apa yang mereka kumpulkan” (2. 10 : 58) “ (58)
JANGAN
BERSANDAR pada amal. Berasandarlah pada kemurahan-Nya. Ketaatan bukanlah sebab
kemampuanmu melakukannya semata. Ketaatan adalah karunia-Nya kepadamu. Jika
engkau bergembira karena merasa telah mampu melakukan semua ketaatan, engkau
telah terpedaya oleh nafsumu . Kita tidak bisa berbuat apa-apa tanpa-Nya ,
tanpa karunia-Nya . Berhentilah membanggakan ketaatanmu, sebab dalam
kebangganmu itu , engkau telah meniadakan-Nya. Bila engkau telah
meniadakan-Nya, engkau taat pada siapa?!
***
“Allah menjadikan orang-orang yang
menuju-Nya dan orang-orang yang sampai kepada-Nya tak bisa melihat amal dan
keadaan mereka masing-masing. Yang demikian , bagi orang-orang yang tengah
menuju kepada-Nya, adalah karena mereka belum benar-benar ikhlas dalam amal
mereka . Dan bagi orang-orang yang telah sampai kepada-Nya . adalah karena
mereka sibuk menyaksikan-Nya” (59)
MASIHKAH
KITA membuat catatan-catatan sendiri tentang amal kita ? Masihkah kita sering
tunjukkan banyaknya amal sebagai ungkapan kebanggan kita? Masihkah semua amal
itu kita sebut wujud prestasi kedekatan kita dengan-Nya? Bila yang demikian itu
masih terjadi dalam diri kita , itu pertanda kita belum ikhlas. Sebab , orang
yang berjalan menuju-Nya dan sampai kepada-Nya pastilah tidak tergoda untuk
membanggakan semua bentuk bekal perjalanan . Cobalah belajar kecilkan semua
prosesmu mendekati-Nya . Jadikan semua amalmu remeh dan tidak terlihat olehmu .
Palingkan pandanganmu dari semua itu, cukuplah Allah yang engkau pandang. Sebab
, bagaimana bisa engkau menikmati pesona-Nya bila engkau masih mengkhawatirkan
kendaraanmu? Bersikaplah wajar , jangan banyak berujar, cahaya penyaksian akan
berpijar.
(Ibnu 'Athaillah, Al-Hikam )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar