Assalamualaikum wr wb
Sahabatku rahimakumullah,
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Musa as melihat seseorang yang tengah menangis dan memohon kepada Tuhan. Dia mengangkat kedua tangannya ke arah langit seraya berdoa dengan penuh khusyu’.
Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as, “Meskipun dia berdoa dengan sungguh-sungguh, maka doanya tidak akan pernah terkabul. Karena, di dalam perutnya terdapat barang haram, di atas pundaknya terdapat barang haram, dan di dalam rumahnya terdapat barang haram.”
Dalam hadits diriwayatkan, Sa’ad bin Abi Waqash datang menemui Rasul Saw. Ia berkata: “Ya Rasulullah, do’akan kepada Allah agar aku senantiasa menjadi orang yang dikabulkan do’anya oleh Allah.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan do’anya. Dan demi jiwaku yang ada di tanganNya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak baginya (HR. At-Thabrani) (Lihat Ad-durar Al-Mantsur fi Tafsir bil Ma’tsur Juz: II hal. 403).
Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang penghidupannya dari harta yang haram, maka Allah tidak menerima sedekahnya, tidak menerima amal memerdekakan budaknya, tidak juga menerima hajjinya dan umrahnya dan Allah mencatatnya amalnya yang banyak dengan kebatilan dan tiada tersisa amalnya setelah kematiannya sehingga akhirnya ia digiring ke neraka. Tetapi jika ia meninggalkan usaha haramnya itu karena takut kepada Allah, maka (Allah) masukkan ia ke dalam cinta-Nya dan rahmat-Nya dan diperintahkan kepadanya untuk masuk ke surga”
Sahabatku, dari ketiga riwayat di atas, salah satu sebab doa kita dan Ibadah kita tidak diterima Allah adalah disebabkan oleh makanan haram yang ada di perut kita.
Mengkonsumsi makanan yang haram dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh, dan masyarakat, secara politik dan ekonomi. Bahaya paling besar lantaran makanan haram, dari sisi individu dan sosial, adalah kehancuran dan kemerosotan akhlak.
Al-Qur’an menerangkan, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah: 188)
Diperbolehkannya makanan yang halal adalah karena bermanfaat bagi badan dan akal. Dan Allah Swt memerintahkan kepada para hambaNya agar meninggalkan makanan yang kotor dan haram karena akan berpengaruh negatif terhadap hati, akhlak dan menghalangi hubungan dirinya dengan Allah Swt, serta menyebabkan tidak terkabulnya do’a.
Dalam hadits lain diriwayatkan, Rasul Saw bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak menerima sesuatu kecuali yang baik.” Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang beriman, seperti Dia perintahkan kepada para rasulNya dengan firmanNya, yang artinya:
“Wahai para Rasul, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan”. Dan firmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik, dan bersyukurlah kamu kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.”
Kemudian Rasulullah menyebutkan seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut lagi berdebu. Orang tersebut menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a: “Ya Tuhanku .. Ya Tuhanku ..” Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, dan baju yang dipakainya dari hasil yang haram. Maka bagaimana mungkin do’anya akan dikabulkan?” (HR. Muslim).
Sahabatku,
Makanan haram bisa disebabkan memang dzatnya yang haram, seperti: bangkai, daging babi, darah dan sebagainya. Atau karena haram cara mendapatkannya, seperti dengan cara mencuri, riba, curang dalam jual beli, korupsi, suap dan lain sebagainya. Praktek-praktek mendapatkan harta dengan cara yang haram dapat dengan mudah kita saksikan di zaman ini. Perampokan, penipuan, riba, korupsi, kolusi dan yang lainnya hampir-hampir selalu diekspos tiap hari oleh koran-koran dan televisi atau media lainnya. Seolah-olah hal ini sudah merupakan masalah yang biasa. Segala macam cara akan digunakan manusia dalam rangka untuk mendapatkan harta yang sebanyak-banyaknya.
Rasulullah Saw padahal telah menginngatkan kita semua melalui sabdanya: “Akan datang suatu zaman, sese-orang tidak akan peduli terhadap apa yang ia ambil, apakah itu halal atau haram.” (HR. Bukhari).
Makanan yang haram itu selain berdampak tidak terkabulnya do’a dan ditolaknya amal, ia juga merupakan sebab mendapatkan adzab Allah di akhirat nanti. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa tidak bergerak dua telapak kaki anak cucu Adam di hari kiamat nanti sampai ditanya (salah satunya) tentang hartanya darimana ia dapatkan dan ke mana ia belanjakan. (untuk matan lengkapnya lihat Sunan At-Tirmidzi, hadits no.2417).
Maka hendaknya kita bermuhasabah, introspeksi diri. Berapa banyak do’a yang telah kita panjatkan kepada Allah, berapa banyak istighotsah digelar dalam rangka mengatasi berbagai krisis yang mendera bangsa kita, dan berbagai bencana yang menimpa negeri kita. Namun pada kenyataannya bencana demi bencana tetap melanda, berbagai krisis tidak teratasi dan berbagai kesulitan tak kunjung usai. Mungkinkah ini karena bangsa Indonesia sudah terbiasa dengan praktik-praktik mendapatkan harta dengan cara yang haram? Sudah terbiasa mengkon-sumsi barang-barang haram, sehingga Allah tidak mengabulkan do’a-do’a kita? Wallahu A’lam bish Shawab.
Semoga kita dan anak2 keturunan kita senantiasa dijaga oleh Allah Swt dengan makanan dan harta yang halal dan dijauhkan dari makanan dan harta yang diharamkan Allah Swt, dan semoga Allah Swt senantiasa mengijabah doa kita dan anak2 keturunan kita. Aamiin
Allahumma shali ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.
Bâraka Allâh fîkum. Aamiin
(Imam Puji Hartono (IPH) )
Sahabatku rahimakumullah,
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Musa as melihat seseorang yang tengah menangis dan memohon kepada Tuhan. Dia mengangkat kedua tangannya ke arah langit seraya berdoa dengan penuh khusyu’.
Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as, “Meskipun dia berdoa dengan sungguh-sungguh, maka doanya tidak akan pernah terkabul. Karena, di dalam perutnya terdapat barang haram, di atas pundaknya terdapat barang haram, dan di dalam rumahnya terdapat barang haram.”
Dalam hadits diriwayatkan, Sa’ad bin Abi Waqash datang menemui Rasul Saw. Ia berkata: “Ya Rasulullah, do’akan kepada Allah agar aku senantiasa menjadi orang yang dikabulkan do’anya oleh Allah.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan do’anya. Dan demi jiwaku yang ada di tanganNya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak baginya (HR. At-Thabrani) (Lihat Ad-durar Al-Mantsur fi Tafsir bil Ma’tsur Juz: II hal. 403).
Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang penghidupannya dari harta yang haram, maka Allah tidak menerima sedekahnya, tidak menerima amal memerdekakan budaknya, tidak juga menerima hajjinya dan umrahnya dan Allah mencatatnya amalnya yang banyak dengan kebatilan dan tiada tersisa amalnya setelah kematiannya sehingga akhirnya ia digiring ke neraka. Tetapi jika ia meninggalkan usaha haramnya itu karena takut kepada Allah, maka (Allah) masukkan ia ke dalam cinta-Nya dan rahmat-Nya dan diperintahkan kepadanya untuk masuk ke surga”
Sahabatku, dari ketiga riwayat di atas, salah satu sebab doa kita dan Ibadah kita tidak diterima Allah adalah disebabkan oleh makanan haram yang ada di perut kita.
Mengkonsumsi makanan yang haram dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh, dan masyarakat, secara politik dan ekonomi. Bahaya paling besar lantaran makanan haram, dari sisi individu dan sosial, adalah kehancuran dan kemerosotan akhlak.
Al-Qur’an menerangkan, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah: 188)
Diperbolehkannya makanan yang halal adalah karena bermanfaat bagi badan dan akal. Dan Allah Swt memerintahkan kepada para hambaNya agar meninggalkan makanan yang kotor dan haram karena akan berpengaruh negatif terhadap hati, akhlak dan menghalangi hubungan dirinya dengan Allah Swt, serta menyebabkan tidak terkabulnya do’a.
Dalam hadits lain diriwayatkan, Rasul Saw bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak menerima sesuatu kecuali yang baik.” Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang beriman, seperti Dia perintahkan kepada para rasulNya dengan firmanNya, yang artinya:
“Wahai para Rasul, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan”. Dan firmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik, dan bersyukurlah kamu kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.”
Kemudian Rasulullah menyebutkan seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut lagi berdebu. Orang tersebut menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a: “Ya Tuhanku .. Ya Tuhanku ..” Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, dan baju yang dipakainya dari hasil yang haram. Maka bagaimana mungkin do’anya akan dikabulkan?” (HR. Muslim).
Sahabatku,
Makanan haram bisa disebabkan memang dzatnya yang haram, seperti: bangkai, daging babi, darah dan sebagainya. Atau karena haram cara mendapatkannya, seperti dengan cara mencuri, riba, curang dalam jual beli, korupsi, suap dan lain sebagainya. Praktek-praktek mendapatkan harta dengan cara yang haram dapat dengan mudah kita saksikan di zaman ini. Perampokan, penipuan, riba, korupsi, kolusi dan yang lainnya hampir-hampir selalu diekspos tiap hari oleh koran-koran dan televisi atau media lainnya. Seolah-olah hal ini sudah merupakan masalah yang biasa. Segala macam cara akan digunakan manusia dalam rangka untuk mendapatkan harta yang sebanyak-banyaknya.
Rasulullah Saw padahal telah menginngatkan kita semua melalui sabdanya: “Akan datang suatu zaman, sese-orang tidak akan peduli terhadap apa yang ia ambil, apakah itu halal atau haram.” (HR. Bukhari).
Makanan yang haram itu selain berdampak tidak terkabulnya do’a dan ditolaknya amal, ia juga merupakan sebab mendapatkan adzab Allah di akhirat nanti. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa tidak bergerak dua telapak kaki anak cucu Adam di hari kiamat nanti sampai ditanya (salah satunya) tentang hartanya darimana ia dapatkan dan ke mana ia belanjakan. (untuk matan lengkapnya lihat Sunan At-Tirmidzi, hadits no.2417).
Maka hendaknya kita bermuhasabah, introspeksi diri. Berapa banyak do’a yang telah kita panjatkan kepada Allah, berapa banyak istighotsah digelar dalam rangka mengatasi berbagai krisis yang mendera bangsa kita, dan berbagai bencana yang menimpa negeri kita. Namun pada kenyataannya bencana demi bencana tetap melanda, berbagai krisis tidak teratasi dan berbagai kesulitan tak kunjung usai. Mungkinkah ini karena bangsa Indonesia sudah terbiasa dengan praktik-praktik mendapatkan harta dengan cara yang haram? Sudah terbiasa mengkon-sumsi barang-barang haram, sehingga Allah tidak mengabulkan do’a-do’a kita? Wallahu A’lam bish Shawab.
Semoga kita dan anak2 keturunan kita senantiasa dijaga oleh Allah Swt dengan makanan dan harta yang halal dan dijauhkan dari makanan dan harta yang diharamkan Allah Swt, dan semoga Allah Swt senantiasa mengijabah doa kita dan anak2 keturunan kita. Aamiin
Allahumma shali ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.
Bâraka Allâh fîkum. Aamiin
(Imam Puji Hartono (IPH) )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar