Sudah tiga hari ini sesudah shalat isya’ dan makan malam perempuan tua
itu memutar CD bacaan surah Al-Fatihah dari seorang ulama. Yang menarik
disetiap memasuki ayat ‘Waiyya kanasta’iin’ selalu saja sulit karena
terburu menangis. Bacaan itu dicoba lagi dengan mundur dari ‘Iyyaa kana’
budu’..tetap saja sulit masuk ke ‘Waiyya kanasta’iin’. Beberapa kali
diulang barulah bisa melewati ayat itu. Cucu laki2 perempuan tua itu
heran tidak seperti biasa neneknya memutar CD seperti itu. Dengan
penasaran si cucu pun mulai bertanya.
Cucu : mengapa sudah beberapa hari ini memutar CD itu ?
Nenek : Supaya kamu mendengarkan
Cucu : (kaget) jadi itu buat saya
Nenek : (tersenyum) iya
Cucu : untuk apa ?
Nenek : Saya boleh tanya sesuatu tentang status FB mu ?
Cucu : (mulai merasa tidak enak) boleh !
Nenek : Apa status yang kamu buat hari ini ?
Cucu : (diam sebentar) ‘Aku mencintaimu karena ALLAH’
Nenek : jika benar seperti itu, benarkah itu salah satu ibadah ?
Cucu : iya
Nenek : apa statusmu kemarin ?
Cucu : (diam mengingat) ‘Hamba ikhlas dengan semua ini yaa ALLAH’
Nenek : jika benar seperti itu, benarkah itu salah satu ibadah ?
Cucu : iya
Nenek : Apa statusmu dua hari yang lalu ?
Cucu : (diam agak lama) ‘Alhamdulillah, bisa membantu walau sedikit’!
Nenek : Jika benar seperti itu, benarkah itu salah satu ibadah ?
Cucu : iya
Nenek : Apa sebenarnya puncak dari syarat ibadah ?
Cucu : ikhlas
Nenek : apa musuh utamanya ?
Cucu : riya’
Nenek : Taruhlah apa yang kamu tulis itu terbebas dari riya’ kamu yakin itu menyelamatkanmu ?
Cucu : (diam lama) tidak !
Nenek : mengapa ?
Cucu : yang bisa menolong adalah rahmat pertolongan ALLAH.
Perempuan itu tersenyum aneh, senyuman yang jarang ditemui sang cucu kecuali sang nenek akan menampar dirinya sampai tamparan itu berbekas bertahun tahun lamanya. Sambil meletakkan kopi pahitnya sang nenek berkata.
‘Ketika kamu membuat pengakuan2 tentang ibadahmu, sebersih apapun itu dari riya’ belum menjamin keselamatanmu. Apalagi jika pengakuan itu kotor dengan kebanggaanmu sudah melakukan ibadah dan lebih kotor lagi karena kebanggaan mendapat pujian. Yang kamu dengar di CD itu juga membuat pengakuan ‘iyyaa kana’ budu’. Bedanya denganmu adalah Beliau mengaku dihadapan ALLAH dan itupun masih dengan penuh kekhawatiran dan ketakutan besar tidak mendapatkan pertolongan ALLAH. Itu sebabnya mengapa Beliau menangis….dan menangis saat masuk di ‘Waiyyaa kanasta’iin’.
Tamparan itu sudah mendarat di sisi hati sang cucu yang paling dalam. Begitu perih seperti silet menyayat daging. Terbayang begitu nikmatnya menunggu koment2 sahabat ketika dia menulis kata2 bijak. Terbayang begitu senangnya ketika semua muncul satu persatu memuji kasholehannya. Terbayang semua riya’ dan kebanggan
Mata laki2 itu berair..diambilnya tangan sang nenek, dicium dan ditaruhnya di dahi. ‘Saya mengaku salah’. Sang nenek tersenyum berdiri, mengacak acak rambut cucunya lalu pergi menghilang di salah satu kamar rumah tua itu.
Walaupun tidak banyak yang berubah di status sang cucu, tetapi ada banyak bagian sisi tersembunyi di akun itu diantara dinding hati bekas tamparan sang nenek dua tahun lalu.
ALHAMDULILLAH
Cucu : mengapa sudah beberapa hari ini memutar CD itu ?
Nenek : Supaya kamu mendengarkan
Cucu : (kaget) jadi itu buat saya
Nenek : (tersenyum) iya
Cucu : untuk apa ?
Nenek : Saya boleh tanya sesuatu tentang status FB mu ?
Cucu : (mulai merasa tidak enak) boleh !
Nenek : Apa status yang kamu buat hari ini ?
Cucu : (diam sebentar) ‘Aku mencintaimu karena ALLAH’
Nenek : jika benar seperti itu, benarkah itu salah satu ibadah ?
Cucu : iya
Nenek : apa statusmu kemarin ?
Cucu : (diam mengingat) ‘Hamba ikhlas dengan semua ini yaa ALLAH’
Nenek : jika benar seperti itu, benarkah itu salah satu ibadah ?
Cucu : iya
Nenek : Apa statusmu dua hari yang lalu ?
Cucu : (diam agak lama) ‘Alhamdulillah, bisa membantu walau sedikit’!
Nenek : Jika benar seperti itu, benarkah itu salah satu ibadah ?
Cucu : iya
Nenek : Apa sebenarnya puncak dari syarat ibadah ?
Cucu : ikhlas
Nenek : apa musuh utamanya ?
Cucu : riya’
Nenek : Taruhlah apa yang kamu tulis itu terbebas dari riya’ kamu yakin itu menyelamatkanmu ?
Cucu : (diam lama) tidak !
Nenek : mengapa ?
Cucu : yang bisa menolong adalah rahmat pertolongan ALLAH.
Perempuan itu tersenyum aneh, senyuman yang jarang ditemui sang cucu kecuali sang nenek akan menampar dirinya sampai tamparan itu berbekas bertahun tahun lamanya. Sambil meletakkan kopi pahitnya sang nenek berkata.
‘Ketika kamu membuat pengakuan2 tentang ibadahmu, sebersih apapun itu dari riya’ belum menjamin keselamatanmu. Apalagi jika pengakuan itu kotor dengan kebanggaanmu sudah melakukan ibadah dan lebih kotor lagi karena kebanggaan mendapat pujian. Yang kamu dengar di CD itu juga membuat pengakuan ‘iyyaa kana’ budu’. Bedanya denganmu adalah Beliau mengaku dihadapan ALLAH dan itupun masih dengan penuh kekhawatiran dan ketakutan besar tidak mendapatkan pertolongan ALLAH. Itu sebabnya mengapa Beliau menangis….dan menangis saat masuk di ‘Waiyyaa kanasta’iin’.
Tamparan itu sudah mendarat di sisi hati sang cucu yang paling dalam. Begitu perih seperti silet menyayat daging. Terbayang begitu nikmatnya menunggu koment2 sahabat ketika dia menulis kata2 bijak. Terbayang begitu senangnya ketika semua muncul satu persatu memuji kasholehannya. Terbayang semua riya’ dan kebanggan
Mata laki2 itu berair..diambilnya tangan sang nenek, dicium dan ditaruhnya di dahi. ‘Saya mengaku salah’. Sang nenek tersenyum berdiri, mengacak acak rambut cucunya lalu pergi menghilang di salah satu kamar rumah tua itu.
Walaupun tidak banyak yang berubah di status sang cucu, tetapi ada banyak bagian sisi tersembunyi di akun itu diantara dinding hati bekas tamparan sang nenek dua tahun lalu.
ALHAMDULILLAH
(Demsycouoers Bours)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar