Ketika kecil seorang anak laki-laki bertanya pada ibunya.
Ibu kenapa ibu menangis?
Ibu nya menjawab: "Karena ibu seorang wanita nak ".
Aku tak mengerti bu, kata sang anak
"Kau memang tidak akan mengerti nak, kata ibunya.
Kemudian si anak menemui ayahnya,
"Ayah , kenapa ibu menangis?" sepertinya ibu menangis tanpa sebab.
Ayahnya menjawab; "semua wanita memang menangis tanpa alasan yang jelas", sang ayah menjawab singkat.
Jawaban itu membuat dia bingung. Mengapa? mengapa?
Seiring berjalannya waktu ketika meningkat remaja si anak sering melihat teman-teman wanita nya juga mudah meneteskan air mata kadang tanpa sebab yang jelas.
Muncul lagi pertanyaan dihatinya :
"Mengapa wanita menangis?
Sampai suatu saat ketika ia harus menentukan pilihan hatinya , ia menemukan wanita yang tegar yang jarang kelihatan menangis. Sampai saat kehamilan anak pertamanya dia melihat istrinya menangis.
Mengapa wanita ini juga menangis tanpa sebab yang jelas? pikirnya.
Dia sudah berusaha bertutur kata selembut mungkin,
berusaha menjaga perasaan istrinya agar tidak menyakiti hati istrinya, tapi kenapa dia menangis?
Menurut pengakuan istrinya ia adalah suami yang sangat baik.
"Tolonglah dik, jawab pertanyaan ku ini mengapa adik menangis?"
Tapi airmata mengembang lagi dimata sang istri.
Wanita itu tidak menyahut hanya menunduk.
Airmata nya saja yang semakin deras bercucuran.
"Ya Allah Airmata apakah itu?
Bahagia, haru ataukah kepiluan?
"Ya , mengapa tiba-tiba aku menangis seperti ini? jawab istrinya diantara isak tangisnya.
Ia memandang penuh harap tapi tidak ada kalimat yang terucapkan.
Pertanyaan yang tak terjawabkan.
Penemuan tentang airmata istrinya tidak bisa lepas dari pikirannya. Bahkan titik-titik kristal itu terus membayangi langkahnya, seluruh aktivitasnya.
Dia pernah mendengar, "Ah , itu masalah sepele, sudah biasa wanita menangis"
Tapi bagi dia masalah airmata itu bukan hal sepele.
Hingga puncak galaunya ia teringat pada sang guru, orang yang pernah begitu berarti dalam hidupnya yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
Dia berniat bertanya pada sang guru , orang tua yang bijak , memiliki wawasan luas dan sangat dia hormati.
Ketika bertemu sang guru setelah berbasa-basi ia menceritakan kebingungannya.
"Saya mempunyai satu pertanyaan yang belum bisa terjawab sampai hari ini pak Ustaz, mengapa ibu saya menangis? bahkan tanpa alasan yang jelas" cecarnya tanpa tedeng aling-aling seakan ingin melabuhkan beban berat yang sejak lama bertengger dibahunya.
" Ha... ha... ha untuk sesaat sang ustaz tertawa geli...
Tapi saat itu baginya masalah ini sangat serius...
Sehingga akhirnya sang guru sambil menyusut airmata yang meleleh di sudut mata tuanya berujar,
"Anakku sesungguhnya jawaban nya gampang, ya karena ibu dan istrimu wanita" , jawab gurunya dengan santai.
Ia melongo..Gurunya melanjutkan,
"Kau perlu memahami siapa mereka, baru kau tahu jawabannya", lanjut laki-laki tua itu.
"Saat wanita diciptakan, Allah membuat dia menjadi sangat utama.
Ia ciptakan bahunya , agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya.
Walau demikian , bahu itu cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Bahu itu cukup nyaman untuk menyangga kepala suami yang kelelahan diluar sana setelah berjuang mencari nafkah. Cukup nyaman untuk melabuhkan kedamaian dan kasih sayang....
"Ia berikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya.
Walau seringkali pula ia kerap menerima cerca dari anaknya......
"Ia berikan keperkasaan yang membuatnya bertahan, pantang menyerah, saat semua orang putus asa .
Wanita diberikan kesabaran , untuk merawat keluarganya, walau letih, sakit, lelah, tanpa keluh kesah..."
"ia berikan wanita perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun dan dalam situasi apapun.
Walau tak jarang anak-anak itu melukai perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pulalah yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap.
Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembutnya"
Pelan-pelan setitik kristal bening menetesi pipinya....
"Diberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya , melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya, Sebab bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tidak terkoyak?...
Diberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian.
Menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai hati istrinya.
Membimbing dan menyadarkan suami bila salah melangkah, yang mampu membantu menegakkan keimananan suaminya.
Walau seringkali kebijaksanaan itu menguji setiap kesetiaan yang diberikan suami.
Agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.
Kali ini pipinya basah oleh airmata. Teringat segala kealpaan yang mungkin telah ia perbuat terhadap ibu dan istrinya.
"Akhirnya Allah berikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya.
Inilah yang khusus diberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun dia inginkan.
Hanya inilah kelemahan wanita, walaupun sebenarnya air mata itu adalah airmata kehidupan"....
Demikianlah penuturan Pak ustaz, sang guru yang sangat bijak....
Bagaimana, puaskah?...
Senja mulai merekah saat ia berpamitan pulang.
Ia merasa semakin mengerti dan menemukan jawaban yang sangat menyejukkan hatinya.
Betapa ia ingin segera bertemu dengan ibu dan istrinya. Dua wanita yang sangat berarti dalam kehidupannya.
Ya ia sangat mencintai mereka melebihi segalanya.
Oh tentu saja selain kasih kepada-Nya.
Setibanya di rumah ia disambut oleh sang istri dengan wajah gembira dan segera memeluknya.
Wanita sholehah itu segera mengajak kerumah ibunya untuk sungkem mohon doa restu karena ia akan segera menjalani perjuangannya untuk melahirkan sang buah hati kedunia ini. Anak suaminya , buah cinta mereka.
Ibu segera memeluk anak dan menantunya tanpa sepatah katapun, hanya linangan airmata yang mereka rasakan menetes diatas kepala memberikan kesejukan yang menembus kehati.
Ketika memasuki ruang bersalin ia memperhatikan wajah istrinya...
Dan tidak ada setetes air mata yang terlihat di wajahnya...!
Justru dirinya yang mulai menghantarkan sang istri dengan linangan air mata.
Terbersit di hatinya perasaan takut kehilangan dia. Wanita yang sanggup memberikan kesejukan di hatinya walau dengan tetesan air mata....
Tidak lama kemudian terdengar tangisan bayi dari kamar bersalin.
Makhluk mungil itu seorang bayi perempuan nan rupawan, yang memulai kehidupannya di dunia dengan sebuah tangisan.
Ibu nya menjawab: "Karena ibu seorang wanita nak ".
Aku tak mengerti bu, kata sang anak
"Kau memang tidak akan mengerti nak, kata ibunya.
Kemudian si anak menemui ayahnya,
"Ayah , kenapa ibu menangis?" sepertinya ibu menangis tanpa sebab.
Ayahnya menjawab; "semua wanita memang menangis tanpa alasan yang jelas", sang ayah menjawab singkat.
Jawaban itu membuat dia bingung. Mengapa? mengapa?
Seiring berjalannya waktu ketika meningkat remaja si anak sering melihat teman-teman wanita nya juga mudah meneteskan air mata kadang tanpa sebab yang jelas.
Muncul lagi pertanyaan dihatinya :
"Mengapa wanita menangis?
Sampai suatu saat ketika ia harus menentukan pilihan hatinya , ia menemukan wanita yang tegar yang jarang kelihatan menangis. Sampai saat kehamilan anak pertamanya dia melihat istrinya menangis.
Mengapa wanita ini juga menangis tanpa sebab yang jelas? pikirnya.
Dia sudah berusaha bertutur kata selembut mungkin,
berusaha menjaga perasaan istrinya agar tidak menyakiti hati istrinya, tapi kenapa dia menangis?
Menurut pengakuan istrinya ia adalah suami yang sangat baik.
"Tolonglah dik, jawab pertanyaan ku ini mengapa adik menangis?"
Tapi airmata mengembang lagi dimata sang istri.
Wanita itu tidak menyahut hanya menunduk.
Airmata nya saja yang semakin deras bercucuran.
"Ya Allah Airmata apakah itu?
Bahagia, haru ataukah kepiluan?
"Ya , mengapa tiba-tiba aku menangis seperti ini? jawab istrinya diantara isak tangisnya.
Ia memandang penuh harap tapi tidak ada kalimat yang terucapkan.
Pertanyaan yang tak terjawabkan.
Penemuan tentang airmata istrinya tidak bisa lepas dari pikirannya. Bahkan titik-titik kristal itu terus membayangi langkahnya, seluruh aktivitasnya.
Dia pernah mendengar, "Ah , itu masalah sepele, sudah biasa wanita menangis"
Tapi bagi dia masalah airmata itu bukan hal sepele.
Hingga puncak galaunya ia teringat pada sang guru, orang yang pernah begitu berarti dalam hidupnya yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
Dia berniat bertanya pada sang guru , orang tua yang bijak , memiliki wawasan luas dan sangat dia hormati.
Ketika bertemu sang guru setelah berbasa-basi ia menceritakan kebingungannya.
"Saya mempunyai satu pertanyaan yang belum bisa terjawab sampai hari ini pak Ustaz, mengapa ibu saya menangis? bahkan tanpa alasan yang jelas" cecarnya tanpa tedeng aling-aling seakan ingin melabuhkan beban berat yang sejak lama bertengger dibahunya.
" Ha... ha... ha untuk sesaat sang ustaz tertawa geli...
Tapi saat itu baginya masalah ini sangat serius...
Sehingga akhirnya sang guru sambil menyusut airmata yang meleleh di sudut mata tuanya berujar,
"Anakku sesungguhnya jawaban nya gampang, ya karena ibu dan istrimu wanita" , jawab gurunya dengan santai.
Ia melongo..Gurunya melanjutkan,
"Kau perlu memahami siapa mereka, baru kau tahu jawabannya", lanjut laki-laki tua itu.
"Saat wanita diciptakan, Allah membuat dia menjadi sangat utama.
Ia ciptakan bahunya , agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya.
Walau demikian , bahu itu cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Bahu itu cukup nyaman untuk menyangga kepala suami yang kelelahan diluar sana setelah berjuang mencari nafkah. Cukup nyaman untuk melabuhkan kedamaian dan kasih sayang....
"Ia berikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya.
Walau seringkali pula ia kerap menerima cerca dari anaknya......
"Ia berikan keperkasaan yang membuatnya bertahan, pantang menyerah, saat semua orang putus asa .
Wanita diberikan kesabaran , untuk merawat keluarganya, walau letih, sakit, lelah, tanpa keluh kesah..."
"ia berikan wanita perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun dan dalam situasi apapun.
Walau tak jarang anak-anak itu melukai perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pulalah yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap.
Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembutnya"
Pelan-pelan setitik kristal bening menetesi pipinya....
"Diberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya , melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya, Sebab bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tidak terkoyak?...
Diberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian.
Menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai hati istrinya.
Membimbing dan menyadarkan suami bila salah melangkah, yang mampu membantu menegakkan keimananan suaminya.
Walau seringkali kebijaksanaan itu menguji setiap kesetiaan yang diberikan suami.
Agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.
Kali ini pipinya basah oleh airmata. Teringat segala kealpaan yang mungkin telah ia perbuat terhadap ibu dan istrinya.
"Akhirnya Allah berikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya.
Inilah yang khusus diberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun dia inginkan.
Hanya inilah kelemahan wanita, walaupun sebenarnya air mata itu adalah airmata kehidupan"....
Demikianlah penuturan Pak ustaz, sang guru yang sangat bijak....
Bagaimana, puaskah?...
Senja mulai merekah saat ia berpamitan pulang.
Ia merasa semakin mengerti dan menemukan jawaban yang sangat menyejukkan hatinya.
Betapa ia ingin segera bertemu dengan ibu dan istrinya. Dua wanita yang sangat berarti dalam kehidupannya.
Ya ia sangat mencintai mereka melebihi segalanya.
Oh tentu saja selain kasih kepada-Nya.
Setibanya di rumah ia disambut oleh sang istri dengan wajah gembira dan segera memeluknya.
Wanita sholehah itu segera mengajak kerumah ibunya untuk sungkem mohon doa restu karena ia akan segera menjalani perjuangannya untuk melahirkan sang buah hati kedunia ini. Anak suaminya , buah cinta mereka.
Ibu segera memeluk anak dan menantunya tanpa sepatah katapun, hanya linangan airmata yang mereka rasakan menetes diatas kepala memberikan kesejukan yang menembus kehati.
Ketika memasuki ruang bersalin ia memperhatikan wajah istrinya...
Dan tidak ada setetes air mata yang terlihat di wajahnya...!
Justru dirinya yang mulai menghantarkan sang istri dengan linangan air mata.
Terbersit di hatinya perasaan takut kehilangan dia. Wanita yang sanggup memberikan kesejukan di hatinya walau dengan tetesan air mata....
Tidak lama kemudian terdengar tangisan bayi dari kamar bersalin.
Makhluk mungil itu seorang bayi perempuan nan rupawan, yang memulai kehidupannya di dunia dengan sebuah tangisan.
*EZ/27/04/09*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar