Tersebutlah seorang lelaki shaleh yang bersih hatinya.Ia memiliki seorang anak lelaki, mesti masih kecil tapi cerdasnya luar biasa,fasih bicara pula.Sang Bapak acapkali duduk bercengrama dengan anak semata wayangnya.Mereka bicara apa saja.
Hebatnya , disaat bercengrama itu pembicaraan mereka tak nampaknya laiknya pembicaraan antara seorang bapak dengan anaknya. Tapi mereka ngobrol layaknya sepasang teman akrab saja. Bagi mereka , perbedaan umur yang terpaut amat jauh seumpama tirai halus dari sutra yang gampang saat dihembus angin. Ia tak mampu menjadi penghalang untuk saling berbicara dan saling memahami dari hati ke hati. Mereka sama-sama paham bagaimana mereka saling bersikap dan saling menghormati. Sederhananya, mereka tetap sadar posisinya masing-masing. Luar biasa memang cara mereka membangun komunikasi.
“Anakku, puji syukur hanya milik Allah SWT, Bagiku engkau adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada-ku” kata Sang Bapak suatu hari.