(beberapa tahun yang lalu)
Dulu sewaktu masih kecil, siapa yang tidak tau Alim. Anak kecil tidak mengenal takut. Mulai dari menghanyutkan diri dengan sarungnya saat banjir sampai memanjat pohon kelapa dan tiduran di atasnya. Alim mempunyai seorang sahabat seusianya yang walaupun tidak seberani dia tetapi sangat disayanginya.
Dimana ada Alim disitu ada sahabatnya. Habis subuh mengaji bareng, berangkat sekolah SD bareng. Bermain layang2, kelereng sampai berburu laron untuk dimakan di malam hari sesudah mengaji sehabis shalat isya'.
Saat masuk SMP keduanya berpisah sekolah, tetapi masih bersama saat bermain dan mengaji. Memasuki SMA Alim memilih untuk nyantri di pondoknya Kiai Hamid Pasuruan dan sahabatnya memilih sekolah umum. Pertemuan yang hanya sebulan sekali merubah semuanya. Mereka berdua hanya ngobrol di tepi sungai atau teras masjid. Mereka lebih banyak berbicara dengan hati daripada kata yang terucap di bibir.
Dulu sewaktu masih kecil, siapa yang tidak tau Alim. Anak kecil tidak mengenal takut. Mulai dari menghanyutkan diri dengan sarungnya saat banjir sampai memanjat pohon kelapa dan tiduran di atasnya. Alim mempunyai seorang sahabat seusianya yang walaupun tidak seberani dia tetapi sangat disayanginya.
Dimana ada Alim disitu ada sahabatnya. Habis subuh mengaji bareng, berangkat sekolah SD bareng. Bermain layang2, kelereng sampai berburu laron untuk dimakan di malam hari sesudah mengaji sehabis shalat isya'.
Saat masuk SMP keduanya berpisah sekolah, tetapi masih bersama saat bermain dan mengaji. Memasuki SMA Alim memilih untuk nyantri di pondoknya Kiai Hamid Pasuruan dan sahabatnya memilih sekolah umum. Pertemuan yang hanya sebulan sekali merubah semuanya. Mereka berdua hanya ngobrol di tepi sungai atau teras masjid. Mereka lebih banyak berbicara dengan hati daripada kata yang terucap di bibir.