(beberapa tahun yang lalu)
Dulu sewaktu masih kecil, siapa yang tidak tau Alim. Anak kecil tidak mengenal takut. Mulai dari menghanyutkan diri dengan sarungnya saat banjir sampai memanjat pohon kelapa dan tiduran di atasnya. Alim mempunyai seorang sahabat seusianya yang walaupun tidak seberani dia tetapi sangat disayanginya.
Dimana ada Alim disitu ada sahabatnya. Habis subuh mengaji bareng, berangkat sekolah SD bareng. Bermain layang2, kelereng sampai berburu laron untuk dimakan di malam hari sesudah mengaji sehabis shalat isya'.
Saat masuk SMP keduanya berpisah sekolah, tetapi masih bersama saat bermain dan mengaji. Memasuki SMA Alim memilih untuk nyantri di pondoknya Kiai Hamid Pasuruan dan sahabatnya memilih sekolah umum. Pertemuan yang hanya sebulan sekali merubah semuanya. Mereka berdua hanya ngobrol di tepi sungai atau teras masjid. Mereka lebih banyak berbicara dengan hati daripada kata yang terucap di bibir.
Ketika sahabatnya pergi keluar kota untuk meneruskan kuliah Alim tetap mondok di pasuruan. Pertemuan pun hanya terjadi satu bulan sekali. Pada saat libur semester sahabatnya pulang. Dilihatnya alim sudah mengajar ngaji di masjid dimana mereka menghabiskan masa kecilnya. Ternyata Alim juga sudah menikah. Dengan menjual abu gosok yang dia ambil dari sebuah pabrik tahu lalu dia bungkus di plastik2 kecil alim mencari nafkah untuk istrinya.
Malam itu sahabat diwaktu kecil itu datang ke rumahnya yang sederhana peninggalan almarhum orang tua istrinya. Sahabat itu mengambil tangan kanan alim untuk diciumnya yang dengan cepat Alim menarik tangannya.
'Saya hanya ijinkan kamu mencium tangan saya jika saya juga kamu ijinkan mencium tanganmu'
Sahabatnya itu tersenyum memeluknya. Mereka lalu duduk di teras ditemani kopi dan gorengan seadanya. Hampir tidak ada yang dibicarakan kecuali mersakan apa yang ada dihati masing2. Hujan mulai turun menemani mereka. Semakin lama semakin deras. Tiba2 keduanya berpandangan, tersenyum berdua lalu berdiri. Tak lama kemudian tampak dua laki2 bergantian mandi air hujan dari talang rumah tetangga sebelah.
(Dua tahun yang lalu)
Sejak peristiwa bermain hujan yang menjadi kegemaran kedua sahabat itu waktu kecil Alim tidak pernah bertemu lagi dengan sahabatnya itu sampai suatu hari sesudah shalat ashar Alim terkejut kedatangan sahabatnya yang dulu. Dia tidak percaya melihat sahabatnya yang berdiri di depannya. Dia hanya diam ketika tangannya di cium sahabatnya itu. Matanya melihat dari atas sampai kebawah laki2 yang selalu dia harapkan khabar beritanya. Matanya pun tergenang oleh air. Dipegangnya wajah sahabatnya itu Seolah tidak percaya.
Malam itu Alim di ajak ke rumah sahabatnya di pinggiran kota. Alim duduk di ruang TV sambil menikmati kopi paitnya. Tiba2 matanya tertumbuk pada piano di sudut ruang tamu itu. "Sudah lama saya tidak mendengarmu memainkan itu". Sahabatnya itu tersenyum lalu dibukanya piano yang sudah tua pemberian bapaknya itu. Pelan2 dimainkannya sebuah lagu dari Josh Groban 'you raise me up' lalu di sambung dengan 'don't give up'. Ketika lagu itu berakhir bertepuk tangan kecil sambil berkata lirih, 'you are loved' !.
Pembicaraan kedua sahabat itu diteruskan di teras belakang rumah sahabatnya itu. Duduk di teras di temani jagung rebus dan teh hangat. Tiba2 hujan turun dengan derasnya. Alim melihat ke langit yang gelap. Lalu di pandangnya wajah sahabatnya. Alim terkejut melihat senyum sahabatnya. Senyum yang begitu menyedihkan yang pernah dia lihat.
Alim seperti bangun dari lamunannya, menunduk perlahan lalu tiba2 berdiri. "kamu takut" ?. tanya Alim pada sahabatnya itu. Senyum itu melebar tetapi semakin menyedihkan. Alim menarik tangan sahabatnya. Dibawanya laki2 ketengah halaman belakang rumah. Dan merekapun berdiri di bawah lebatnya hujan. Dengan gemetaran sahabatnya dia lepas berdiri sendiri di bawah hujan.
"Dulu kamu selalu cemburu denganku mengatakan bagaimana ALLAH mengasihiku dengan kehidupanku yang sulit..sekarang aku yang lebih pantas cemburu denganmu bagaimana ALLAH mengasihimu dengan ujian itu"
Alim berteriak sambil memegang kruk alumunium pengganti kaki kiri sahabatnya yang diamputasi.
AIR MATA MEREKA PUN TIDAK TERLIHAT LAGI BERCAMPUR DENGAN DERASNYA HUJAN.
Dedicate : Sahabat yang mengajarkan indahnya ujian ALLAH. (NUR ALIM)
Semoga ALLAH menjagamu, memuliakanmu seperti Allah memuliakan kedua orang tuamu. Aamiin Amiin!
(Demsycoupers bours )~Semoga Allah memuliakanmu juga adikku ~
Dulu sewaktu masih kecil, siapa yang tidak tau Alim. Anak kecil tidak mengenal takut. Mulai dari menghanyutkan diri dengan sarungnya saat banjir sampai memanjat pohon kelapa dan tiduran di atasnya. Alim mempunyai seorang sahabat seusianya yang walaupun tidak seberani dia tetapi sangat disayanginya.
Dimana ada Alim disitu ada sahabatnya. Habis subuh mengaji bareng, berangkat sekolah SD bareng. Bermain layang2, kelereng sampai berburu laron untuk dimakan di malam hari sesudah mengaji sehabis shalat isya'.
Saat masuk SMP keduanya berpisah sekolah, tetapi masih bersama saat bermain dan mengaji. Memasuki SMA Alim memilih untuk nyantri di pondoknya Kiai Hamid Pasuruan dan sahabatnya memilih sekolah umum. Pertemuan yang hanya sebulan sekali merubah semuanya. Mereka berdua hanya ngobrol di tepi sungai atau teras masjid. Mereka lebih banyak berbicara dengan hati daripada kata yang terucap di bibir.
Ketika sahabatnya pergi keluar kota untuk meneruskan kuliah Alim tetap mondok di pasuruan. Pertemuan pun hanya terjadi satu bulan sekali. Pada saat libur semester sahabatnya pulang. Dilihatnya alim sudah mengajar ngaji di masjid dimana mereka menghabiskan masa kecilnya. Ternyata Alim juga sudah menikah. Dengan menjual abu gosok yang dia ambil dari sebuah pabrik tahu lalu dia bungkus di plastik2 kecil alim mencari nafkah untuk istrinya.
Malam itu sahabat diwaktu kecil itu datang ke rumahnya yang sederhana peninggalan almarhum orang tua istrinya. Sahabat itu mengambil tangan kanan alim untuk diciumnya yang dengan cepat Alim menarik tangannya.
'Saya hanya ijinkan kamu mencium tangan saya jika saya juga kamu ijinkan mencium tanganmu'
Sahabatnya itu tersenyum memeluknya. Mereka lalu duduk di teras ditemani kopi dan gorengan seadanya. Hampir tidak ada yang dibicarakan kecuali mersakan apa yang ada dihati masing2. Hujan mulai turun menemani mereka. Semakin lama semakin deras. Tiba2 keduanya berpandangan, tersenyum berdua lalu berdiri. Tak lama kemudian tampak dua laki2 bergantian mandi air hujan dari talang rumah tetangga sebelah.
(Dua tahun yang lalu)
Sejak peristiwa bermain hujan yang menjadi kegemaran kedua sahabat itu waktu kecil Alim tidak pernah bertemu lagi dengan sahabatnya itu sampai suatu hari sesudah shalat ashar Alim terkejut kedatangan sahabatnya yang dulu. Dia tidak percaya melihat sahabatnya yang berdiri di depannya. Dia hanya diam ketika tangannya di cium sahabatnya itu. Matanya melihat dari atas sampai kebawah laki2 yang selalu dia harapkan khabar beritanya. Matanya pun tergenang oleh air. Dipegangnya wajah sahabatnya itu Seolah tidak percaya.
Malam itu Alim di ajak ke rumah sahabatnya di pinggiran kota. Alim duduk di ruang TV sambil menikmati kopi paitnya. Tiba2 matanya tertumbuk pada piano di sudut ruang tamu itu. "Sudah lama saya tidak mendengarmu memainkan itu". Sahabatnya itu tersenyum lalu dibukanya piano yang sudah tua pemberian bapaknya itu. Pelan2 dimainkannya sebuah lagu dari Josh Groban 'you raise me up' lalu di sambung dengan 'don't give up'. Ketika lagu itu berakhir bertepuk tangan kecil sambil berkata lirih, 'you are loved' !.
Pembicaraan kedua sahabat itu diteruskan di teras belakang rumah sahabatnya itu. Duduk di teras di temani jagung rebus dan teh hangat. Tiba2 hujan turun dengan derasnya. Alim melihat ke langit yang gelap. Lalu di pandangnya wajah sahabatnya. Alim terkejut melihat senyum sahabatnya. Senyum yang begitu menyedihkan yang pernah dia lihat.
Alim seperti bangun dari lamunannya, menunduk perlahan lalu tiba2 berdiri. "kamu takut" ?. tanya Alim pada sahabatnya itu. Senyum itu melebar tetapi semakin menyedihkan. Alim menarik tangan sahabatnya. Dibawanya laki2 ketengah halaman belakang rumah. Dan merekapun berdiri di bawah lebatnya hujan. Dengan gemetaran sahabatnya dia lepas berdiri sendiri di bawah hujan.
"Dulu kamu selalu cemburu denganku mengatakan bagaimana ALLAH mengasihiku dengan kehidupanku yang sulit..sekarang aku yang lebih pantas cemburu denganmu bagaimana ALLAH mengasihimu dengan ujian itu"
Alim berteriak sambil memegang kruk alumunium pengganti kaki kiri sahabatnya yang diamputasi.
AIR MATA MEREKA PUN TIDAK TERLIHAT LAGI BERCAMPUR DENGAN DERASNYA HUJAN.
Dedicate : Sahabat yang mengajarkan indahnya ujian ALLAH. (NUR ALIM)
Semoga ALLAH menjagamu, memuliakanmu seperti Allah memuliakan kedua orang tuamu. Aamiin Amiin!
(Demsycoupers bours )~Semoga Allah memuliakanmu juga adikku ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar