*** ~ QALBU~***
Dalam perjalanannya kepada Allah Azza Wa Jalla , qalbu itu bagaikan seekor burung. Cinta adalah kepalanya, takut dan harap adalah dua sayapnya. Bila kepala dan dua sayapnya sehat , tentu burung itu akan baik terbangnya; bila kepalanya terpotong , tentu ia akan mati, dan bila dua sayapnya terlepas, iapun akan menjadi incaran binatang pemangsa.
Bila qalbu kosong dari Cinta, takut serta harap, akan
rusaklah ia dengan kerusakan yang sulit diperbaiki lagi. Bila salah satu dari kedua itu lemah akan lemah pula imannya.
Seluruh kalbu yang mati bisa hidup dengan zikir sebagaimana tanah yang mati akan hidup dengan siraman hujan.
Sesuatu yang paling mulia adalah waktu dan kalbu. Apabila dibiarkan qalbu serta disia-siakan waktu, niscaya akan hilanglah berbagai faedah.
Jika engkau bebankan kepada qalbumu kerisauan dan beban dunia serta menganggap remeh wirid-wiridnya yang menjadi makanan pokok dan kehidupannya, maka engkau bagaikan musafir yang membebani tunggangannya diatas kemampuan serta tidak memenuhi makanan nya. Alangkah cepatnya tunggangan itu akan berhenti.
Robohnya bangunan qalbu disebabkan oleh rasa aman dan lalai; sedangkan berdirinya dengan rasa takut dan zikir.
Barangsiapa yang memukimkan qalbunya disisi Tuhannya, qalbunya akan tenag dan istirahat. Siapa yang membiarkannya ditengah-tengah manusia, ia akan goyah dan bertambah kegelisahannya.
Penyia-nyiaan yang paling besar yang merupakan pangkal dari setiap penyia-nyiaan adalah penyia-nyiaan qalbu dan penyia-nyiaan waktu. Penyia-nyiaan qalbu terjadi karena mengutamakan dunia atas akhirat, sedangkan penyia-nyiaan waktu terjadi karena panjang angan-angan.
Padahal berkumpulnya segala kerusakan terletak pada mengikuti hawa nafsu serta panjang angan-angan; sedangkan berkumpulnya segala kebaikan terletak pada mengikuti petunjuk serta mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah, dan hanya menjadikan Allah sebagai tempat meminta pertolongan.
Qalbu menjadi sakit sebagaimana badan menjadi sakit ,
sedangkan penyembuhannya terletak pada tobat dan pembelaan.
Qalbu akan berkarat sebagaimana berkaratnya cermin,sedangkan mengkilapnya dengan zikir.
Qalbu akan telanjang sebagaimana telanjangnya tubuh, sedangkan hiasannya adalah takwa.
Ia juga lapar dan haus sebagaimana tubuh, sedangkan makanan dan minumannya adalah pengetahuan, cinta, tawakal, kembali kepada Tuhan dan berbakti.
Orang yang yakin dengan kematian , mengapa masih bisa bergembira.
Orang yang mengetahui akan dekatnya hisab , bagaimana ia masih bisa berleha-leha.
Orang yang menyadari bagaimana Qalbu sering bolak –balik , kenapa masih bisa merasa aman...
Katakanlah kepada Qalbu yang menggembala ditaman bimbingan, “Berhati-hatilah melirik kepada hijaunya rerumputan yang disukai oleh keinginan jiwa rendah, karena makanan gembalamu itu lebih lezat dan minumannya lebih tawar
Penyakit Qalbu timbul dari dosa, sedangkan pangkal kesehatan lahir dan batin adalah taubat.
Bila mata kering dari tangisan karena takut kepada Allah, ketahuilah keringnya itu timbul dari kekerasan Qalbu.
Seseorang yang tidak jernih qalbunya kepada Allah berada dalam keterasingan dari setiap tatapan orang yang memandang
Didalam Qalbu terdapat kekusutan yang tidak dapat
diuraikan kecuali dengan mengarahkannya kepada Allah;
Terdapat keterasingan yang tidak dapat dihilangkan kecuali dengan keakraban dengan Allah dalam kesendiriannya.
Terdapat kesedihan yang tidak dapat dihilangkan kecuali dengan kegembiraan dalam mengenalnya dan kejujuran dalam bergaul dengan-NYA.
Terdapat kegelisahan yang tidak dapat ditenangkan , kecuali dengan berkumpul dengan-NYA serta lari dari kegelisahan menuju pada-NYA
Terdapat api penyesalan yang tidak dapat dipadamkan kecuali dengan Ridha terhadap perintah, larangan dan keputusan-NYA, disamping membiasakan sabar terhadap hal demikian sampai waktu pertemuan dengan-Nya
Terdapat tuntutan yang tidak berhenti sebelum Allah sendiri yang menjadi target-Nya.
Terdapat kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi kecuali oleh cinta kepada-Nya, kembali kepada-Nya, meneruskan zikir kepada-Nya, membenarkan keikhlasan kepada-Nya.
Seandainya dunia dan seisinya diberikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, niscaya tidak akan terpenuhi selamanya.
Qalbu orang-orang saleh dan bertakwa bergantung pada kesudahannya.
Wallahualam bishawab
(Referensi : Abdul Hadi bin Hasan Wahbi “Menuju Kesucian Hati” )
BC17052010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar