Jika seseorang dapat memahami dan menghayati takdir Allah SWT untuknya, maka dia akan merasa sabar dan lapang dada dalam menjalani kesulitan hidup, juga tidak bersedih dan kecewa ketika ditimpa musibah. Lebih dari itu dia akan merasakan besarnya kasih sayang Allah SWT kepadanya. juga bergembira dengan pahala besar yang akan diterimanya kelak
Rabu, 26 Mei 2010
ILUSTRASI MANGKUK, MADU DAN SEHELAI RAMBUT
Pada suatu hari Rasulullah SAW bersama dengan Sahabat- Sahabatnya Abu bakar r.a, Umar bin Khatab dan Ustman r.a bersilaturahmi ke rumah Ali r.a. Kepada para tamunya , Sayyidatina Fathimah r.a -Istri Ali dan putri Rasulullah SAW - menghidangkan madu yang diletakkan dalam sebuah mangkuk yang cantik. Di mangkuk yang cantik tadi ternyata ada sehelai rambut yang terbawa di dalamnya .
Melihat hal itu Rasulullah SAW kemudian meminta kepada para sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan -dalam perumpamaan- mengenai ketiga benda tersebut (mangkuk yang cantik, madu dan sehelai rambut)
Sahabat Abu bakar r.a memulai dengan memberikan perumpamaan, "Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, Orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut"
Kemudian Umar bin Khatab r.a menyumbangkan pemikiran , "Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut"
Berbeda dari pendahulunya , ternyata Umar lebih memfokuskan dalam metafora yang ia sampaikan mengenai kepemimpinan yang adil.
Usman r.a tak mau ketinggalan, karena ia juga punya pendapat terhadap tiga benda tadi yang dikontekstualkan kedalam ilmu, "Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut."
Lantas bagaimana dengan sang tuan rumah "Sayyidina Ali r.a?" Ali mengidentikkan tiga benda tersebut dengan tamu-tamu yang dikirim-Nya kepadanya, "Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang kerumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut"
Fatimah r.a pun ikut nimbrung dengan usulannya , "Seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik ini, Wanita yang berpurdah (memakai cadar) itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut"
Nampaknya Rasulullah SAW sangat senang mendengarkan perumpamaan para sahabatnya mengenai tiga benda tersebut . Nabi SAW sendiri pun akhirnya juga bersabda , "Seseorang yang mendapat taufiq untuk beramal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan iikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut"
Tiba-tiba malaikat Jibril a.s datang dan ikut berpendapat , "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri, harta dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut. "
Dan Allah SWT berfirman , "Surga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, Nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai Rambut"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar