Pak Didik adalah salah seorang pegawai yang bekerja dilingkungan kampus terkemuka di Surabaya . Kehidupannya bersama istri dan ketiga anaknya sangat sederhana disalah satu perkampungan di kota Surabaya . Rumahnya masih mengontrak dan dan tiap bulan harus menyisihkan sebagian untuk membayar biaya kontrakan rumah. Pak didik adalah sosok yang akrab dengan semua orang dan beberapa kali diberi kepercayaan untuk mengurusi kegiatan di kampus tempatnya bekerja.
Pekerjaan utamanya adalah supir bus kampus. Tetapi tak jarang Pak Didik mendapatkan Job tambahan dengan mengurusi kegiatan yang melibatkan kampus, seperti event band di kampus, acara wisuda kampus dan lain-lain. Pak didik senang karena ia mendapatkan uang tambahan dari kegiatannya itu.
Banyak orang yang ditolongnya dengan menghubungi pihak penyewaan barang, atau untuk mengantar jemput tamu, bahkan saat band yang seharusnya hadir disalah satu acara kampun yang bertema "Fun and Happy" batal datang dan terpaksa digantikan oleh Pak Didik yang berhasil mengumpulkan teman-temannya untuk ikut mentas. Berkat kepiawaiannya bernyanyi, acara yang membawa nama baik kampus itupun terselamatkan. Semua orang berterimakasih kepada pak Didik dan kawan-kawannya.
Suatu hari Pak Didik terlibat pertengkaran dengan rekan kerjanya. Sudah berhari-hari pak Didik tidak masuk kerja hanya sekedar untuk menghindar agar tidak bertatap muka dengan temannya itu . Setelah diusut ternyata masalahnya karena pak Didik mengambil alih pekerjaannya yang seharusnya diberikan pihak kampus kepadanya. Sedangkan Pak Didik membela diri dengan alasan waktu tugas itu diberikan rekan kerjanya itu tidak ada di tempat, sedangkan pihak kampus sangat membutuhkan tenaga untuk mengantar mahasiswa dengan memakai bus kampus.Tanpa pikir panjang , saat itu pak Didik memakai kesempatan itu untuk mendapatkan tambahan uang tanpa menghubungi rekan kerjanya dahulu untuk meminta izin. Sejak kejadian itu hubungan Pak Didik dengan rekan kerjanya menjadi kurang baik. Karena Pak Didik tidak satu kali itu saja mengambil pekerjaan rekannya tanpa minta izin. Pak Didik yang dahulunya ramah dan suka bercanda, kini menjadi orang yang dijauhi oleh teman-temannya.
Sampai suatu hari ada salah seorang teman Pak Didik dari luar kota yang datang dan meminta tolong kepada Pak Didik untuk menemusi seseorang dikampus tempatnya bekerja. Dengan senang hati Pak Didik menolong temannya itu. Setibanya di kampus temannya pak Didik itu heran melihat banyak temannya yang sibuk berbisik-bisik setiap kali melihat ia dan Pak Didik lewat. Maka temannya itupun bertanya kepada Pak Didik.
"Kenapa mereka sepertinya tidak suka padamu? apa karena berbuat salah sama mereka?" Pak Didik hanya tersenyum getir mendengar pertanyaan dari temannya. Dan dengan santai iapun menjawab.
"Bukan salahku kalau mereka begitu. Padahal mereka sudah sangat sering aku bantu. Bahkan Rohman , yang sama-sama supir seperti aku pernah aku pinjamin uang dan sampai sekarang belum dikembalikan. Eh, kok ikutan musuhin aku. Kurang baik apa aku coba sama mereka ".
Teman Pak Didik memandang tenang kepada Pak Didik dan sekilas ia perhatikan penampilan Pak Didik yang tidak berubah beberapa tahun ini. Penampilannya masih sama , polos dan tak rapih. Saat ia berkunjung ke rumah kontrakan Pak Didik, ia juga terheran melihat rumahnya semakin kecil. Padahal dulunya rumahnya besar dan halamannya rumahnya bisa memuat satu mobil. Dan sekarang , jangankan mobil, untuk memarkir sepeda motor saja tak muat karena tak ada halaman rumah. Teman Pak |Didik terheran-heran dengan pemandangan yang baru saja dilihatnya, karena seingatnya sosok Pak Didik yang dikenalnya selama ini adalah seorang yang dermawan dan suka menolong orang lain. Bahkan setiap acara yang melibatkan Pak Didik selalu berakhir dengan sukses.
"Beginilah kehidupanku selama ini . Padahal orang yang punya kontrakan ini dulunya sering aku bantu kalau dia ada masalah , sering aku pinjamin uang kalau ia lagi butuh dan terakhir ini ia aku carikan pekerjaan baru. Tapi apa balasannya, Aku cuman diberi kontrakan kecil dan kotor seperti ini. Tetangga sebelah rumah juga begitu , coba kamu tanya kenapa dagangannya laris sampai sekarang. Itukan karena aku yang menghubungi teman-teman supaya makan disana. Coba kalau bukan aku yang merekomendasikan, belum tentu warung itu ramai seperti sekarang".
Astagfirullah. Teman Pak Didik mengelus dada mendengar perkataan Pak Didik yang tak pernah diduganya itu. Jadi selama ini ia selalu menyebutkan setiap kebaikan yang pernah dilakukannya kepada orang lain agar ia mendapat pujian. Sungguh kesalahan besar yang telah dilakukannya. Karena Allah menunjukkan lewat kehidupan Pak Didik yang semakin sederhana dan makin sedikit teman akibat perbuatannya itu.
Pahala yang sudah dikumpulkannya selama bertahun-tahun hilang sudah dalam waktu yang tak lama karena selalu disebut-sebut. Tak ada gunanya membanggakan diri, yang ada hanyalah kesengsaraan karena hilangnya kepedulian orang lain kepada dirinya .
Ini adalah cerminan bagi siapa saja yang suka memberi dengan tidak ikhlas, dan mengharapkan balasan atas setiap tindakan yang dilakukannya. Sikap Pak Didik telah menyadarkan temannya bahwa sedekah itu dapat mendatangkan balasan yang lansung di dunia. Baik itu sedekah penuh ikhlas yang lansung dibalas dengan kebaikan berlipat-lipat , maupun sedekah yang selalu disebut-sebut sehingga berkahnya berkurang dan yang didapatkan lansung di dunia adalah kekurangan. Jadi berhati hatilah kita dengan sedekah , karena balasannya tidak menunggu hisab ( perhitungan di akhirat, melainkan lansung dirasakan di dunia tatkala kita masih hidup
( Dikutip dari Kisah Nyata pelaku sedekah dalam buku " Hapus Gelisah Dengan Sedekah" karya Wahyu Indah |Retnowati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar