Jika seseorang dapat memahami dan menghayati takdir Allah SWT untuknya, maka dia akan merasa sabar dan lapang dada dalam menjalani kesulitan hidup, juga tidak bersedih dan kecewa ketika ditimpa musibah. Lebih dari itu dia akan merasakan besarnya kasih sayang Allah SWT kepadanya. juga bergembira dengan pahala besar yang akan diterimanya kelak
Sabtu, 29 Mei 2010
CARILAH KEMULIAAN YANG TAK SIRNA
BY : LENTERA SUFI
"Apabila dirimu ingin meraih kemuliaan yang tak pernah sirna, maka janganlah berusaha mendapatkan kemuliaan melalui kemuliaan yang sirna."
Syeikh Zarruq menegaskan, setiap kemuliaan di dunia ini sesungguhnya fana dan sirna. Sebaliknya sebagaimana dikatakan Ibnu Athaillah dalam kitabnya At-Tanwir, "Jika anda meraih kemuliaan bersama Allah maka abadilah kemuliaanmu. Tetapi jika anda meraih tanpa Allah, tiada abadi atas kemuliaanmu."
Imam Al-Ghazali dalam statemennya menyebutkan bahwa Allah swt mengecam dunia ini 115 kali lebih dalam Al-Qur'an.
Perburuan duniawi begitu kuat di alam modern dewasa ini, dan hampir seluruh aktivitas peradaban dunia diarahkan pada perburuan meraih puncak global: kekuasaan duniawi, kemuliaan duniawi, prestasi duniawi, yang secara keseluruhan akan sirna. Karena itu pasti yang serba duniawi tidak abadi, kemuliaannya pun sirna. Lalu alibi apalagi yang harus kita ajukan bagi sebuah kemuliaan yang tak abadi?
Peristiwa-peristiwa bencana alam, peristiwa perang, peristiwa persaingan global, bahkan pada tingkat lokal, semacam Pilkada, Pilkades, Pemilu, pun sangat tidak tampak unsur-unsur Ukhrowinya, kecuali hanya memanfaatkan jargon-jargon akhirat untuk melegitimasi kepentingan duniawi.
Cobalah anda tengok diri anda dari lompatan waktu di akhirat. Lihat diri anda sedang menelusuri jalan-jalan dunia, lorong-lorong pengap yang menyesakkan dada anda. Lihatlah diri anda sedang mengais sampah, mengendus-endus tumpukan sampah tidak ubahnya seperti anjing yang meraih sisa-sisa. Dimana hatimu ketika itu? Dimana jiwa bersama Tuhanmu ketika itu? Dimana jatidirimu saat-saat seperti itu? Apa yang memperdayaimu hingga dirimu durhaka pada Tuhanmu Yang Maha Pemurah?
Semestinya jiwamu, hatimu, ruhmu berada di singgasana kemuliaan bersama Allah, di Istana Allah, di lembah-lembah Malakut dan mengarungi Lautan Jabarut.
Semestinya hatimu berada dalam Majlis bersama Rasul saw, para sahabat, para Sufi agung, para Ulama saleh, dalam limpahan Cahaya dan pencerahan.
Semestinya pula dunia ini hanyalah wilayah dimana kita menjalankan perintah-perintahNya, menjauhi laranganNya, memancarkan peradabanNya, mengekspresikan kekhalifahanNya, dalam Khoiro Ummah (sebaik-baik ummat) di muka bumi.
Dunia adalah limbah paling gelap dan paling kotor dari kemahklukan ini, dan di sinilah justru kita diuji, disempurnakan, dikokohkan agar bisa dan siap menghadap kepadaNya, dengan hati dan jiwa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar