Jika seseorang dapat memahami dan menghayati takdir Allah SWT untuknya, maka dia akan merasa sabar dan lapang dada dalam menjalani kesulitan hidup, juga tidak bersedih dan kecewa ketika ditimpa musibah. Lebih dari itu dia akan merasakan besarnya kasih sayang Allah SWT kepadanya. juga bergembira dengan pahala besar yang akan diterimanya kelak
Rabu, 21 April 2010
BERCINTA KASIH KARENA ALLAH
Di surga , manusia tidak ‘dibebani lagi dengan ibadah mahdhah, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan bersedekah. Hanya silaturahim (menyambung kasih sayang) yang ada. Dengan demikian , silaturahim adalah amalan ibadah didunia yang dilanjutkan ke akhirat, yakni di surga.
Itulah sebabnya , sang jabang bayi dilahirkan dari rahim ibu, artinya ada kaitan erat atau kasih sayang ibu. Lebih-lebih ketika si anak masih dalam masa menyusui sampai dua tahun. Sehingga, wajar saja jika orang yang paling dekat dengan anak adalah ibu. Antara anak dan ibu terdapat ikatan batin yang kuat.
Imam Al-Ghazali, dalam bukunya ringkasan Ihya’ Ulumuddin (1995) mengingatkan pentingnya saling mencintai karena Allah dan menjalin persaudaraan dalam Agama-Nya, karena ini ibadah yang paling Utama. Allah SWT melukiskan keagungan kepribadian hamba-Nya itu dengan firman-Nya, “DAN SESUNGGUHNYA KAMU (MUHAMMAD) BENAR-BENAR BERBUDI PEKERTI YANG AGUNG” (QS Al-Qalam :4)
Mencintai karena Allah dan menjalin persaudaraan dalam agama allah, jelas Imam Al-Gazali merupakan nikmat yang luar biasa. Nabi SAW bersabda bahwa Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan mengaruniainya seorang teman yang Shaleh. Jika ia lupa, akan diingatkan, dan Jika ia ingat, akan dibantunya.
Begitulah orang mukmin yang dalam kehidupannya selalu mencintai sesamanya dan dicintai. Sebaliknya, jika orang tidak mencintai, akibatnya iapun tidak dicintai .
Kecendrungan kebanyakan orang sekarang ini mulai meninggalkan tauladan Nabi SAW yang berbudi pekerti yang agung, tulus mencintai dan dicintai, menyejukkan, berakhlak mulia. Dst.
Padahal bersahabat dengan sesama mukmin, bersilaturahmi, saling menasehati, saling membantu dalam kesulitan , berempati dan menyayangi, semua ini merupakan kenikmatan yang tinggi. Allah SWT pun menyindir, “MAKA DENGAN NIKMAT-NYA KAMU MENJADI BERSAUDARA” (QS Ali Imran 103)
Wajarlah jika amalan yang langgeng dari dunia sampai keakhirat (surga) adalah bersilaturahmi. Nabi SAW bersabda. “Barangsiapa bersaudara dengan seseorang karena Allah Taala, maka Allah taala mengangkatnya satu derajat di surga yang tidak didapatnya dengan sesuatu amalnya”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Rasulullah bahwa beliau bersabda , “SUNGGUH ALLAH SWT BERFIRMAN PADA HARI KIAMAT, “ DIMANA ORANG-ORANG YANG BERCINTA KASIH KARENA AKU? DEMI KEPERKASAAN-KU DAN KETINGGIAN-KU,HARI INI AKU BERIKAN AWAN UNTUK MEREKA BERTEDUH PADA WAKTU ORANG TIDAK ADA LAGI TEMPAT BERTEDUH KECUALI DARI PADA-KU”
Usman Alkhaibawi dalam kitab Durratun Nasihin ( Mau’izdatun)mengisahkan seorang laki-laki pada hari penghisaban di hari kiamat. Setelah ditimbang semua amal perbuatannya, ternyata perbuatan jahatnya lebih berat daripada amal baiknya, sehingga dia diperintahkan masuk neraka.
Karena laki-laki tadi dimasukkan keneraka, iapun merasa cemas dan ketakutan. Iapun mengusulkan agar diizinkan meminta kebaikan kepada ibunya. Iapun diizinkan. Setelah itu laki-laki tadi menemui ibunya, “Wahai ibu, dengan apa-apa yang engkau telah didikkan kepadaku ketika di dunia dan telah engkau sampaikan kepadaku tiap-tiap kebaikan, maka berikanlah kebaikan dari beberapa kebaikanmu kepadaku agar supaya aku selamat dari neraka.”
Sayangnya sang ibu tak bisa berbuat apa-apa lantaran sedikitnya amal kebaikannya, “Wahai anakku, sungguh keadaanku sekarang ini lemah sekali dan akupun kebingungan dalam urusanku, maka bagaimana mungkin aku bisa menyelamatkan engkau.” Kata ibu memelas.
Sang ibu yang diharapkan bisa memberikan bantuan kebaikan ternyata tak dapatberbuat apa-apa. Karena keinginannya yang besar agar terselamatkan dari siksa api neraka, laki-laki tadi merasatak putus asa. Ia berusaha mendatangi semua kerabatnya, siapa tahu mereka akan bisa meringankan bebannya dengan memberikan tambahan kebaikan kepadanya. Tapi, selalu kandas, sebab para kerabatnya itu juga bingung menghadapi nasibnya masing-masing.
Karena jelas tak ada tambahan kebaikan bagi laki-laki tadi, maka Allah segera memerintahkan kepada malaikat-Nya agar memasukkan laki-laki tadi ke neraka. Ketika ia mulai digiring ke neraka, tiba-tiba ada seorang sahabat lamanya di dunia menghalau malaikat penjaga dan berseu, “Telah aku berikan kepadamu semua kebaikanku agar supaya salah seorang dari kita bisa selamat dari neraka. Dan, yang demikian itu lebih ringan daripada kita semua dimasukkan kedalam neraka.
Rupanya, laki-laki dermawan yang mau memberikan amal kebaikannya itu merupakan sahabat karib ketika dunia dulu. Dengan memberikan kebaikannya, berarti sang sahabat telah merelakan dirinya dimasukkan ke dalam neraka. Dan kata sahabat tadi, hal itu lebih baik daripada semuanya masuk ke neraka. Sungguh hal itu mencerminkan kebaikan dari seorang sahabat.
Tentu saja, dengan tambahan amal kebaikan yang didapat dari sahabatnya itu, laki-laki tadi tidak jadi dimasukkan ke neraka, dan dipersilakan masuk ke surga. Diapun cepat –cepat memasukinya tanpa mengindahkan bagaimana nasib sahabatnya lagi. Ketika be3rada disurga, laki-laki tadi mendengar sebuah seruan, “TIDAKKAH KAU UCAPKAN TERIMAKASIH SEBAGAI UNGKAPAN RASA KASIH SAYANG KARENA ENGKAU MENINGGALKAN TEMANMU YANG BERADA DI NERAKA, SEDANG ENGKAU SENDIRI MASUK KESURGA?”
Begitu diingatkan dengan sebuah seruan seperti itu, laki-laki tadi tersungkur sujud dan memohon kepada Allah agar memberikan pertolongan atau syafaat kepada sahabatnya yang berada di neraka. Karena Allah maha pemurah dan penyayang. Maka Diapun segera memerintahkan kepada keduanya masuk kedalam surga_Nya yang penuh kenikmatan.
Kisah diatas, mengisyarakatkan pentingnya persahabatan hanya karena Allah . Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “SESUNGGUHNYA ALLAH ITU MEMPUNYAI PARA HAMBA YANG BESOK DI HARI KIAMAT DISEDIAKAN BAGI MEREKA ITU BEBERAPA MIMBAR SERTA MEREKA ITU DUDUK DIATAS MIMBAR –MIMBAR ITU. MEREKA ADALAH KAUM ATAU KELOMPOK YANG PAKAIANNYA CAHAYA DAN WAJAH-WAJAHNYA JUGA CAHAYA. MEREKA ITU BUKAN PARA NABI DAN BUKAN PARA SYUHADA, BAHKAN PARA NABI DAN PARA SYUHADA IRI KEPADA MEREKA”
Para Sahabat lantas bertanya, “WAHAI RASULULLAH ,SIAPAKAH MEREKA ITU?”
Beliau menjawab . “MEREKA ADALAH ORANG-ORANG YANG BERCINTA KASIH KARENA ALLAH, ORANG-ORANG YANG SALING KUNJUNG-MENGUNJUNGI KARENA ALLAH DAN ORANG-ORANG YANG BERGAUL DENGAN BAIK KARENA ALLAH”.
Begitulah teladan yang baik mengenai bercinta kasih karena Allah, sementara kebanyakan orang sekarang nampaknya justru memilih bercinta kasih karena harta, tahta dan wanita ( tiga ta)
(Wawan susetya”Jika Surga Neraka (tak pernah ) Ada “)
(*EZ's note*)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar