“Al Mu’awwizatain” adalah sebutan bagi dua surat "An-Nas dan Al-Falaq" . Secara bahasa berarti “dua permohonan perlindungan”. Dua surat ini diawali dengan kalimat قل أعوذ (Aku berlindung) yang berasal dari kata عوذ . Dari akar kata inilah berubah menjadi “Al Mu’awwizatain”. Kalimat ini tentunya terkait dengan isi surat yang terdapat di dalamnya dan asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat).
Sebab turunnya surat An-Nas dan Al-Falaq yaitu ketika peristiwa disihirnya Nabi Muhammad SAW oleh seorang Yahudi yang bernama Labid bin Al-A’shom. Sihirnya berupa ikatan tali yang menggulung yang mempunyai sebelas simpul. Ikatan tersebut diletakkan di sebuah sumur di bawah batu besar.
Atas kejadian inilah Allah SWT menurunkan dua surat ini
untuk menangkal/menyembuhkan sihir yang diderita Nabi SAW.
Maka setiap kali Nabi membacakan satu persatu ayat dari dua surat ini, terlepaslah ikatan-ikatan sihir itu.untuk menangkal/menyembuhkan sihir yang diderita Nabi SAW.
TAFSIR SURAT AN NAS
بسم الله الرحمن الرحيم
قل أعوذ برب الناس ملك الناس إله الناس من شر الوسواس الخناس الذي يوسوس فى صدور الناس من الجنة والناس
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari (golongan) jin dan manusia.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap tafsir surat An-Nas, berikut akan dibagi dua bagian, yaitu ayat 1 – 3 pada bagian pertama, dan ayat 4 – 6 pada bagian kedua.
I. Bagian Pertama :
قل أعوذ برب الناس ملك الناس إله الناس
Lafaz/kata قل (Katakanlah) ; sebagai bentuk pengajaran dari Allah kepada Nabi Muhammad. Kendatipun ayat ini ditujukan kepada Nabi SAW, tetapi juga berlaku bagi seluruh manusia. Lafaz ini memberi kesan bahwa yang memerintahkan ini adalah Allah, sehingga orang yang membaca (bermohon kepadaNya) akan optimis, percaya diri dan tenang batinnya karena masalah yang dihadapinya pasti dibantu dan akan terselesaikan.
أعوذ (Aku berlindung) . Berasal dari kata “ عوذ “ (menuju kepada sesuatu untuk menghindari sesuatu yang ditakuti)
برب الناس (Tuhan manusia) ; Rabb (رب ) penekanan arti kalimat ini adalah Pemilik, Pemelihara dan Pendidik. Maka kesan yang diambil dari ayat ini yaitu akan terpenuhinya permohonan, karena Dialah Yang Memiliki manusia. Dialah Yang Memelihara dan Mengatur manusia sehingga kekuasaanNya tidak terkalahkan.
ملك الناس (Raja manusia) . Lafaz ملك dibaca pendek hurf mim ( م ) berbeda dengan ملك pada surat Al Fatihah yang boleh dibaca panjang. Perbedaan kedua bacaan ini dapat dilihat dari segi arti, yaitu sebagai berikut
ملك (dipanjangkan mim/ م) berarti “Pemilik” terhadap benda yang tak bernyawa.
ملك (tidak dibaca panjang mim/ م) berarti “Raja”.
Secara kebahasaan pemilik belum tentu raja, tetapi raja sudah pasti memiliki. Maka ayat kedua surat Annas ini lebih tepat diartikan sebagai Raja dari pada Pemilik sebagaimana ملك dalam ayat keempat surat Al Fatihah.
إله الناس (Tuhan Manusia) berasal dari kata أله – يأله (Aliha – Ya’lahu) yang berari “menuju”. Tuhan adalah setiap sesuatu yang dituju dan disembah, baik terhadap sesuatu yang baik atau buruk. Kata ini إله mendapat tambahan di awal Alif dan Lam (ال ) sehingga menjadi lafaz الله mengandung arti lebih khusus lagi dari kata إله yaitu Dia Zat Allah yang wajib disembah secara hakikatnya. Maka inilah maksud dari lafaz tahlil “La ilaha illallah ( لاإله إلا الله ) yang berarti “Tidak ada Ilah /tuhan yang patut disembah kecuali Allah”
Ayat pertama sampai ayat ketiga dalam surat ini seakan kita diajarkan jika hendak minta perlindungan kepada Allah maka penuhilah 3 (tiga) hal sebagai berikut :
Penuhilah segala aturan/perintah Allah yang telah mengatur manusia dengan sebaik-baiknya pengaturan. Inilah makna tersirat yang terkandung pada kalimat برب الناس (Tuhan, pencipta, pemelihara, pengatur manusia)
Jadikanlah Allah sebagai Raja yang menguasai semua yang ada pada diri kita, sehingga tidak adapun kepemilikan bagi seorang hamba pada hakikatnya. Inilah makna terseirat yang terkandung pada kalimat ملك الناس (Raja manusia)
Jadikanlah Allah sebagai satu-satunya sesuatu yang dituju dan disembah, tidak dengan selainnya. Inilah makna tersirat yang terkandung pada kalimat إله الناس (Tuhan manusia)
II. Bagian Kedua :
من شر الوسواس الخناس الذي يوسوس فى صدور الناس من الجنة والناس
من شر الوسواس الخناس (Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.)
“Syarr” ( شر ) berarti “jahat” lawan dari خير “baik”
الوسواس asalnya berarti “suara yang sangat halus” biasanya bersifat negatif. Dari sini maka maka lafaz ini diartikan sebagai bisikan. Biasanya setan seringkali membisikkan rayuan dan jebakannya ke dalam hati seseorang. Kadang bisikan itu berbentuk sesuatu yang terkesan sebuah kebenaran padahal kesesatan. Atau dapat juga berupa sesuatu yang terlintas dalam hati manusia terlebih dalam keadaan shalat misalnya.
الخناس (yang bersembunyi) asal kata ini berarti “kembali – mundur – bersembunyi”. Inilah gambara kondisi setan saat menggoda manusia. Setan akan kembali menggoda manusia saat ia lengah, juga akan mundur dan bersembunyi saat manusia berzikir (mengingat Tuhannya, Allah SWT)
الذي يوسوس فى صدور الناس (yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia). Pintu masuk bisikan setan ke dalam dada manusia antara lain melalui :
Ambisi yang berlebihan dan Suudzon / buruk sangka kepada Allah
Kegemerlapan duniawi
Merasa lebih dari orang lain
Menganggap dosa kecil dan malu berbuat baik
Sifat Riya’ ; ingin dipuji orang lain
من الجنة والناس (dari (golongan) jin dan manusia). من (Min) pada ayat ini bermakna “sebagian”. Maka dapat dipahami bahwa tidak semua jin dan manusia melakukan bisikan negatif. Dari sini juga dapa dipahami bahwa ada jin yang shaleh (lihat QS. Al Jin : 11) dan semua yang menggoda/mengajak kepada kemaksiatan disebut setan, sekalipun dia dari kalangan manusia.
الجنة ( Jin) ; Dalam bahasa Arab lafaz ini bentuk jama’ dari Janna ( جن ) yang berarti “menutup – tidak terlihat”. Dari kata inilah maka dikenal ada beberapa istilah seperti :
Anak yang berada di dalam kandungan disebut Janin ( جنين ) karena tak terlihat
Surga atau hutan yang lebat disebut Jannah ( جنة ) karena pandangan tak dapat menembusnya
Orang gila disebut Majnun ( مجنون ) karena telah tertutup akalnya.
TAFSIR SURAT AL FALAQ
بسم الله الرحمن الرحيم
قل أعوذ برب الفلق من شر ما خلق ومن شر غاسق إذا وقب ومن شر النفثت فى العقد ومن شر حاسد إذا حسد
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh . dari kejahatan makhluk-Nya. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.
قل أعوذ برب الفلق (Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh).
Asal makna Al Falaq ( الفلق ) yaitu “membelah”. Kata ini sering diterjemahkan “subuh atau pagi” karena malam dengan kegelapannya yang menutup alam raya ini telah terbelah dengan kehadiran cahaya pagi, seolah cahaya itu telah membelah gelapnya malam.
Allah SWT menyebut dirinya sebaga Robbul Falaq ( رب الفلق ) karena Dialah yang telah membelah kegelapan malam dengan menghadirkan pagi. Kalimat ini juga dapat dipahami bahwa biasanya kejahatan terjadi di malam hari yang diakibatkan kelamnya malam. Allah mampu membelah kegelapan malam, artinya Allah mampu menyingkirkan kejahatan dengan pertolonganNya. Maka tidak salah lagi jika seorang hamba memohon perlindungan hanya kepada Allah dari kejahatan dan setiap keburukan.
من شر ما خلق (dari kejahatan makhluk-Nya )
Mengapa Allah SWT menciptakan kejahatan ? Pertanyaan ini juga sering kita dengar dengan ungkapan “mengapa Allah ciptakan setan? Mengapa harus ada keburukan ? Mengapa Allah ciptakan musibah ?
Jawaban berikut ini paling tidak dapat menghilangkan prasangka buruk kita kepada Allah SWT. Antara lain yaitu :
Ada hikmah dibalik kejahatan atau keburukan yang menimpa kita. Inilah jawaban orang yang bijak karena ia melihat akan Kemahabesaran dan Kemahabijaksanaan Allah, sehingga keburukan apapun yang menimpa dirinya pasti ada rahasia Allah yang baik.
Sebagian pakar agama beranggapan bahwa keburukan itu bersifat nisbi / tidak ada. Kejahatan/keburukan itu ada disebabkan keterbatasan pandangan dan pemahaman manusia terhadap Allah SWT.
Sebagai contoh :
- Penjahat dipenjara; suatu hal yang buruk bagi penjahat itu sendiri, tetapi bukankah itu merupakan kebaikan bagi masyarakat pada umumnya ?
- Kebakaran pasar ; suatu musibah bagi para pedagang, tetapi bukankhn lahan rezeki bagi para pemulung ?
- Hujan ; suatu hal yang tidak disukai tukang es karena akan jarang yang membeli, tetapi bukankah merupakan kabar gembira bagi petani ?
Kejahatan dan keburukan itu ada karena manusia melihatnya secara mikro (sebagian) tidak makro (keseluruhan) dari keadaannya. Bukankan tahi lalat itu buruk ? Jika hanya dilihat tahi lalatnya saja yang terdapat pada seseorang jelas suatu yang buruk. Tetapi, bukankan jika kita melihat Rano Karno secara utuh (keseluruhan), tahi lalatnya menjadi pemanis bagi dirinya?? Atau pada kasus “kaki dipotong” Bukankah itu suatu kejahatan ? Benar ! tetapi bagaimana jika kaki yang dipotong oleh seorang dokter yang akan mecegah penyebaran penyakit ke tubuh lain pasien ? tentu ia akan berterima kasih kepada dokter karena telah dipotong kakinya. Pahamilah setiap keburukan secara menyeluruh jika menimpa kita !!!
Sesuatu kejahatan atau keburukan pasti ada korban. Pengorbanan merupakan syarat kesempurnaan makhluk, termasuk manusia. Pengorbanan seorang korban keburukan atau kejahatan maka akan menhasilkan kebaikan setelahnya. Seorang dikatakan “pemberani” jika melewati masa-masa bahaya. Seorang dapat merasakan nikmat sehat jika telah melewati masa sakit. Begitu juga seorang dikatakan “penyabar” jika telah berhasil mengatasi malapetaka.
ومن شر غاسق إذا وقب (dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita)
غاسق (malam) berasal dari kata غسق yang berarti “penuh”. Malam dinamai غاسق karena kegelapannya telah memenuhi alam. Ayat ini merupakan permohonan perlindungan dari kejahatan yang terjadi di malam hari. Biasanya malam menakutkan. Di saat itu pula biasanya berbagai aksi kejahatan timbul dan rencana kejahatan disusun.
Tentu malam tidak seluruhnya buruk. Sebaliknya, Al-Qur’an memuji malam sebagai waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
ومن شر النفثت فى العقد (dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul) .
Bagi ulama tafsir ayat ini bermakna dua, yaitu :
Makna Hakiki : berarti “perempuan-perempuan tukang sihir yang meniup pada buhul-buhul (ikatan/gulungan) dalam rangka menyihir”.
Bagi ulama yang memahami secara makna hakiki berpendapat bahwa ayat ini dengan tegas mengakui adanya sihir. Terlebih lagi hubungannya sangat erat dengan asbabun nuzul (sebab turun) ayat ini yaitu Nabi Muhammad terkena sihir. Maka Allah mengajari beliau untuk mengobati/menampiknya dengan “Al Mu’awwizatain”.
Makna Majazi : berarti “mereka yang sering membawa berita bohong untuk memutuskan hubungan persahabatan dan kasih sayang antar sesama”.
Bagi ulama yang memahami secara makna majazi menolak bahwa nabi Muhammad terkena sihir sebagai asbabun nuzul dari ayat ini, karena surat Al Falaq turun di Makkah sedangkan peristiwa disihirnya Nabi terjadi di Madinah. Golongan ulama ini terkesan dengan tidak mempercayai adanya sihir.
ومن شر حاسد إذا حسد (dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.). Ada beberapa hal yang dapat dijelaskan dalam ayat ini, antara lain :
حسد (dengki, iri hati) mempunya dua makna, yaitu :
Keinginan memperoleh nikmat sebagaimana yang diperoleh orang lain, tanpa menghendaki hilangnya nikmat pada orang lain tersebut. Dalam bahasa agama istilah ini lebih dikenal dengan Ghibthah ( غبطة )
Keinginan akan hilangnya nikmat yang diperoleh orang lain baik dengan harapan nikmat itu akan diraih untuk dirinya atau tidak sama sekali.
Dalam urusan dengki atau iri hati Nabi Muhammad pernah bersabda “Tidak diperkenankan iri hati kecuali dalam dua hal : pertama, terhadap yang dianugerahi harta oleh Allah kemudia dia menafkahkan, kedua, terhadap yang dianugerahi ilmu kemudian ia mengamalkan dan mengajarkannya”.
Para pakar agama menyatakan bahwa penyebab kedengkian antara lain :
Keangkuhan, sehingga orang lain dianggap tidak wajar memperoleh apa yang ia punya
Persaingan, khususnya dalam masalah harta benda
Rasa takut
Cinta kekuasaan, dan
Watak buruk yang telah menjadi sifat seseorang
إذا حسد (bila ia dengki) Ada dua hal yang dipahami dari kalimat ini, antara lain yaitu :
Dengki adalah penyakit hati. Ada kalanya dengki itu berupa keinginan dihilangkannya nikmat orang lain. Keinginan ini masih berada di dalam hati, belum dicetuskan dalam perkataan dan perbuatan. Hal ini tetap dikatakan kejahatan (berdosa) walau belum menimpa orang lain karena belum terucap/diperbuat. Letak kejahatan (dosa) pada sikap hatinya yang selalu protes atas kebijakan Allah SWT terhadap orang yang didengkinya.
Selain masih tersimpan dalam hati, biasanya kedengkian itu akan tercetus dalam perkataan dan perbuatan. Kondisi ini lebih parah dari pada yang pertama, karena ia telah berdosa kepada Allah atas sikap protesnya, dan berdosa kepada manusia karena ia telah berbuat zalim dan menyakitinya.
صدق الله العظيم
Maha benar Allah Yang Maha Agung.
(abusaidfaqot)
I like this reading
BalasHapus