Seorang Kaisar yang hidup di suatu masa, suatu hari berkata kepada seorang anggota barisan berkudanya yang terkenal termapil dan sangat tangkas dalam berkuda, akan memberikan semua wilayah yang berhasil ditempuh si pengunggang kuda. Tawara Kaisar langsung diterima. Dengan gesit di penunggang kuda itu melompat ke atas kudanya. Lalu memacu kudanya untuk lari secepat mungkin agar bisa menjangkau wilayah seluas mungkin.
Si pengunggang uda itu tak mau kehilangan waktu sedikit pun dan mau terus saja menunggang kudanya. Kendati pun lapar dan lelah, ia tak mau berhenti untuk maka, minum dan istirahat. Ia terus memacu kudanya tanpa mengenal lelah. Sampai akhirnya badannya tak sanggup lagi dan dia jatuh tersungkur ke tanah. Ia sangat lelah, samapai bernafas pun susah.
Dalam keadaan sekarat, pengunggang kuda itu bertanya kepada dirinya sendiri. “
mengapa saya memaksa diri begitu keras untuk mendapatkan tanah yang seluas mungin?. Sebentar lagi saya akan meninggal . saya tak akan bisa menikmati tanah seluas ini. Untuk menguburkan diri saya hanya perlu tanah sedikit saja.”
***
Dalam perjalanan hidup ini, kadang kita terlalu memaksa diri seperti penunggang kuda tersebut. kita sekeras mungkin untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang lebih besar, kedudukan yang lebih tinggi, dan mendapatkan penghargaan kita mengabaikan kesehatan. Tidak menyediakan waktu untuk keluarga. Tidak menikmati keindahan yang ada di sekitar kita dan meninggalkan honi atau kegemaran kita, kita terus kerja keras sampai suatu hari, ketika melihat kebelakang, kita sadar, kita benar-benar tidak memerlukan sebanyak itu. Hanya saja, di saat itu, kita tak bisa lagi memutar balik jarum jam untu meraih kembali apa yang hilang.
Hidup bukan hanya saja untuk cari uang, mendapatkan kekuasaan dan penghargaan. Jangan hidup untuk kerja, tapi kerja untuk hidup. Cari keseimbangan antara bekerja, rekreasi, waktu untuk keluarga dan untuk diri sendiri. Tentukan prioritas. Hidup ini singkat. Hidup itu rapuh. Hargai hidup dan jangan sia-siakan. Tujuan hidup adalah untuk bahagia. Nikmati keindahan dan kebahagiaan hidup. Kehilangan hidup berarti kehilangan smuanya. Selamat menikmati hidup.
dari kisah inspirasional tabloid Aura
Si pengunggang uda itu tak mau kehilangan waktu sedikit pun dan mau terus saja menunggang kudanya. Kendati pun lapar dan lelah, ia tak mau berhenti untuk maka, minum dan istirahat. Ia terus memacu kudanya tanpa mengenal lelah. Sampai akhirnya badannya tak sanggup lagi dan dia jatuh tersungkur ke tanah. Ia sangat lelah, samapai bernafas pun susah.
Dalam keadaan sekarat, pengunggang kuda itu bertanya kepada dirinya sendiri. “
mengapa saya memaksa diri begitu keras untuk mendapatkan tanah yang seluas mungin?. Sebentar lagi saya akan meninggal . saya tak akan bisa menikmati tanah seluas ini. Untuk menguburkan diri saya hanya perlu tanah sedikit saja.”
***
Dalam perjalanan hidup ini, kadang kita terlalu memaksa diri seperti penunggang kuda tersebut. kita sekeras mungkin untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang lebih besar, kedudukan yang lebih tinggi, dan mendapatkan penghargaan kita mengabaikan kesehatan. Tidak menyediakan waktu untuk keluarga. Tidak menikmati keindahan yang ada di sekitar kita dan meninggalkan honi atau kegemaran kita, kita terus kerja keras sampai suatu hari, ketika melihat kebelakang, kita sadar, kita benar-benar tidak memerlukan sebanyak itu. Hanya saja, di saat itu, kita tak bisa lagi memutar balik jarum jam untu meraih kembali apa yang hilang.
Hidup bukan hanya saja untuk cari uang, mendapatkan kekuasaan dan penghargaan. Jangan hidup untuk kerja, tapi kerja untuk hidup. Cari keseimbangan antara bekerja, rekreasi, waktu untuk keluarga dan untuk diri sendiri. Tentukan prioritas. Hidup ini singkat. Hidup itu rapuh. Hargai hidup dan jangan sia-siakan. Tujuan hidup adalah untuk bahagia. Nikmati keindahan dan kebahagiaan hidup. Kehilangan hidup berarti kehilangan smuanya. Selamat menikmati hidup.
dari kisah inspirasional tabloid Aura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar