Jika seseorang dapat memahami dan menghayati takdir Allah SWT untuknya, maka dia akan merasa sabar dan lapang dada dalam menjalani kesulitan hidup, juga tidak bersedih dan kecewa ketika ditimpa musibah. Lebih dari itu dia akan merasakan besarnya kasih sayang Allah SWT kepadanya. juga bergembira dengan pahala besar yang akan diterimanya kelak
Rabu, 25 Agustus 2010
Futuuhul ghaib ( Risalah 9 ) ; Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Jailani
KehendakNya terwujud, secara kasyaf (penglihatan ruhani) dan musyahida (pengalaman-pengalaman ruhani), pada para wali dan badal, yang tak terjangkau nalar manusia dan kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk: jalal (keagungan), dan jamal (keindahan). Jalal menghasilkan kegelisahan, pemahaman yang menggundahkan, dan sedemikian menguasai hati, sehingga gejala-gejalanya tampak pada jasmani. Diriwayatkan bila Rasulullah shalat, dari hatinya terdengar gemuruh, bak air mendidih di dalam ketel, kerana intensiti ketakutan yang timbul dari penglihatan beliau akan Kekuasaan dan KebesaranNya. Diriwayatkan bahawa pilihan Allah, Nabi Ibrahim as dan Umar sang Khalifah ra, juga mengalami keadaan yang serupa.
Mengalami perwujudan keindahan Ilahi merupakan refleksiNya pada hati manusia yang mewujudkan nur, keagungan, kata-kata manis, ucapan penuh kasih-sayang, dan kegembiraan atas kelimpahan kurniaNya, maqam yang tinggi, dan keakraban denganNya -- yang kepadaNya segala urusan mereka kembali -- dan atas takdir yang telah ditetapkanNya jauh di masa lampau. Inilah kurnia dan rahmatNya, dan pengukuhan atas mereka di dunia ini, sampai waktu tertentu. Ini dilakukan agar mereka tak melampaui kadar cinta yang layak dalam keinginan mereka akan hal itu, dan kerananya, hati mereka takkan berputus asa, kendati mereka jumpai berbagai hambatan atau bahkan terkulaikan oleh hebatnya ibadah mereka sampai datangnya kematian. Ia melakukan ini berdasarkan kelembutan, kasih sayang dan kehormatan, juga untuk melatih agar hati mereka lembut, kerana Dia bijaksana, mengetahui, lembut terhadap mereka. Diriwayatkan, bahawa Nabi saw. Sering berkata kepada Hadhrat Bilal sang muadzin: "Wahai Bilal, gembirakanlah hati kami," Maksud beliau, hendaklah ia serukan azan agar beliau bisa shalat, guna merasakan perwujudan-perwujudan rahmat Ilahi, sebagaimana telah kita bicarakan. Itulah sebabnya Nabi saw bersabda: "Dan mataku sejuk, bila aku shalat."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar