Suatu hari dipasar wonokromo , Surabaya terjadi kebakaran hebat yang menghanguskan sebagian besar bangunan pasar, mulai dari ruko hingga kios-kios pasar . Ketika semua pedagang sudah dievakuasi, tinggallah seoprang ibu dengan bayinya dilantai satu sebuah ruko. Padahal lantai dasar bangunan tersebut sedang dilalap api dan sulit ditembus oleh tim pemadam kebakaran.
Sambil berdiri terus dipinggir teras lantai satu rukonya yang bertingkat, ibu itu berteriak sambil menggendong bayinya. Dengan begitu dia berharapakan ada yang membantunya untuk menyelamatkan sang bayi dan dirinya sendiri. Kepala tim pemadam kebakaran yang datang bersama regunya meminta agar si ibu BERSAMA BAYINYA TURUN DENGAN TANGGA DARURAT YANG TERSEDIA DI MOBIL DINAS KEBAKARAN TERSEBUT. Sayang , sang ibu tidak bersedia. Lalu tim pemadam kebakaran memasang jaring yang kuat agar siibu bisa melompat saja bersama bayinya. Tawaran inipun di sambut sang ibu dengan gelengan kepala. Alternatif terakhirpun diberikan, yakni tim pemadam kebakaran meminta sang ibu menurunkan bayinya dengan alat khusus. Usulan inipun tidak disetujui oleh ibu yang bersangkuatan.
Drama penyelamatan sang ibu dan bayi ini tidak pelak lagi menyedot perhatian yang sangat besar dari masyarakat sekitar. Bahkan , beberapa kamerawan stasiun televisi tampak sibuk merekam peristiwa yang terjadi. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan sang ibu dan bayinya adalah dengan meminta mereka terjun dengan pengamanan khusus atau bayinya terlebih dahulu yang diselamatkan.
Ketika Tim Pemadam kebakaran sedang serius memutar otak untuk menyelamatkan sang ibu dan bayi, lewatlah Oliver Khan, kipper tim nasional Jerman yang sempat menjadi tim favorit dalam piala Dunia beberapa tahun silam. Rupanya Oliver Khan dan teman-temannya sedang berkunjung ke kota “Jembatan Merah” itu untuk bernostalgia sekaligus menikmati kerupuk Sidoarjo dan bakwan Surabaya kesukaannya.
Melihat Oliver Khan lewat , sang ibu berteriak dengan keras , “Hello Oliver Khan! How are you?”
Khan pun berhenti sejenak menyaksikan apa yang sedang terjadi. Ternyata si ibu seorang maniak pertandingan sepak bola dan Oliver Khan adalah bintang favoritnya . Melihat kondisi demikian , kepala tim dinas pemadam kebakaran spontan menemukan ide.
Mungkin selama beberapa waktu tadi si ibu tidak percaya dengan kompetensi tim pemadam kebakaran untuk menyelamatkan mereka berdua. Siapa tahu, si ibu lebih percaya kepada Oliver Khan. Oleh karena itu , ia meminta kepada si ibu agar melemparkan bayinya kepada Oliver Khan , nanti baru menyelamatkan si ibu. Mendengar tawaran itu , sang ibu sangat setuju. Logikanya Oliver Khan adalah kipper kelas dunia. Bola yang bulat saja bisa ditangkap apalagi bayi.
Setelah menjelaskan apa yang terjadi, oliver Khan pun setuju untuk menolong ibu tersebut. Lalu ia memakai sarung tangannya dan bersiap-siap untuk menangkap sang bayi
Masyarakat yang menyaksikan peristiwa inipun terdiam dan berdebar-debar , kalau-kalau tidak dapat ditangkap.
Setelah diberi aba-aba oleh petugas , si ibupun dengan kepercayaan diri yang tinggi melemparkan bayinya kepada Oliver Khan. Begitu bayi dilempar, Oliver Khan lansung menagkapnya dengan gaya persis seperti ketika ia menangkap bola . Alhasil , bayi itu berhasil diselamatkan . Begitu bayi berhasil ditangkap, sorak-sorai dan tepuk tangan seluruh masyarakat yang menonton bergemuruh. Mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat, seketika itu juga Oliver Khan berlari dengan bayi yang ada ditangannya. Lalu… melempar kembali bayi tersebut kepada ibunya yang masih terjebak kebakaran !
***
Para Ahli jiwa mengatakan bahwa 90 % tingkah laku kita sehari-hari diwarnai dan dipengaruhi oleh kebiasaan kita sendiri. Pada mulanya kebiasaan kita membentuk semacam benang yang tidak terlihat. Tetapi dengan pengulangan, benang tadi melilit menjadi tali dan kemudian menjadi tambang. Setiap kali kita mengulangi tindakan , kita menambah dan menguatkan tindakan tersebut.
John Dryden pernah bertutur, “PERTAMA KITA YANG MEMBENTUK KEBIASAAN, SELANJUTNYA KEBIASAANLAH YANG AKAN MEMBENTUK KITA “
Sebagai contoh kebiasaan merokok . Mula-mula kita yang membentuk kebiasaan itu, lama kelamaan kebiasaan itu malah mengendalikan hidup kita ( bagi sebagian orang tentunya). Demikian pula halnya untuk melakukan kebiasaan yang baik. Mula-mula sulit dan cenderung menolak, namun lama kelamaan kita menikmatinya bahkan menjadi trade mark.
Hal Urban mengatakan , arti asli Habbit ( kebiasaan ) adalah garmen (pakaian) atau a piece of clothing ( sepotong kain). Sebagaimana pakaian, kita menggunakannya setiap hari dimanapun kita berada.
Menanggalkan kebiasaan buruk tentu tidak semudah mengenakannya, sebab diperlukan usaha dan niatan yang kuat.
Penemuan lain dari para ahli untuk menanggalkan kebiasaan buruk adalah dengan melakukan pengalihan kegiatan dari kebiasaan tersebut.
Ketika kebiasaan tersebut mulai menggoda, maka seketika juga kita memilih untuk mengalihkannya pada kegiatan lain.
Orang bijak berkata bahwa HIDUP INI ADALAH PERJUANGAN, termasuk PERJUANGAN MELAWAN KEBIASAAN BURUK. NAMUN, YANG MENYEDIHKAN ADALAH MEREKA YANG TERUS MENIKMATI KEBIASAAN BURUKNYA HINGGA TERBAWA KELIANG KUBUR tanpa sempat BERIKHTIAR dan BERUSAHA untuk MENINGGALKANNYA .
TIDAK ADA YANG TIDAK BISA DILAKUKAN kalau kita BERNIAT, DISERTAI USAHA, dan MEMOHON KEKUATAN kepada SANG KHALIK UNTUK MEMILIH YANG TERBAIK…
(Parlindungan Marpaung “Half Full-Half empty”)
*EZ*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar