Cinta adalah pilihan. Kita tidak harus mencintai. Kita memilih untuk mencintai.
Cinta itu terlalu besar dan terlalu dalam untuk dapat benar-benar dipahami , diukur atau dibatasi dalam kerangka kata-kata. Salah satu dari sifat cinta yang misterius adalah tidak ada satupun yang pernah sampai kepada definisi cinta yang memuaskan.
Sesungguhnya kita tidak akan mampu mencintai orang lain kecuali kita terlebih dahulu mencintai diri kita sendiri. Sebagaimana kita tidak akan mampu mengajari anak-anak kita disiplin sebelum kita terlebih dahulu menerapkannya. Sungguh mustahil untuk mengabaikan perkembangan spiritual kita sendiri demi mendukung perkembangan spiritual orang lain. Kita tidak akan dapat menjadi sumber kekuatan kecuali kita memelihara kekuatan kita.
Kesalahan konsepsi tentang cinta yang terkuat dan paling sering terjadi adalah kepercayaan bahwa “Jatuh cinta adalah Cinta atau setidaknya salah satu dari ekpresi cinta. Ketika seseorang jatuh cinta , sesuatu yang pasti dirasakannya adalah “saya mencintainya”. Tetapi ada dua persoalan yang lansung terlihat jelas.
Pertama : Fenomena jatuh cinta merupakan fenomena erotis yang terkait dengan seks. Kita tidak jatuh cinta dengan anak-anak kita meskipun kita sangat mencintainya secara mendalam. Kita tidak jatuh cinta kepada teman-teman berjenis kelamin sama –kecuali kita memiliki orientasi homoseksual meskipun kita sangat peduli pada mereka. Kita hanya jatuh cinta ketika kita , baik secara sadar ataupun tidak , termotivasi secara seksual.
Kedua : Fenomena cinta selalu bersifat sementara. Dengan siapapun kita jatuh cinta , cepat atau lambat kita akan putus cinta kalau hubungan tersebut berlansung cukup lama.
Penulis tidak bermaksud mengatakan bahwa kita selalu berhenti mencintai seseorang yang pernah kita cintai. Disini penulis hanya bermaksud mengatakan perasaan cinta menyenangkan yang menjadi ciri khas fenomena jatuh cinta selalu berlalu. Bulan madu senantiasa berakhir. Bunga keromantisan selalu memudar.
Untuk memahami karakteristik fenomena jatuh cinta dan sifat cinta yang tak abadi, kita harus menguji karakteristik dari sesuatu yang disebut oleh para psikiater sebagai batasan-batasan ego. Pengetahuan yang ada di dalam pikiran kita inilah yang dimaksud dengan batasan-batasan ego.
Perkembangan batasan ego merupakan sebuah proses yang terus berlanjut melalui masa-masa kanak-kanak menuju masa remaja dan bahkan hingga dewasa. Tetapi batasan yang ditegakkan kemudian lebih bersifat psikis
Cinta bukan sekedar memberi. Cinta adalah pemberian dan juga pembatasan yang bijaksana. Cinta adalah pujian dan kritikan yang bijaksana. Cinta adalah perdebatan, perjuangan, konfrontasi , dorongan, dukungan , dan pembatasan yang bijaksana yang bisa menambah kenyamanan. Cinta adalah kepemimpinan.
Kata “bijaksana “ artinya membutuhkan penilaian , dan penilaian membutuhakn lebih dari sekedar naluri. Cinta membutuhkan pengambilan keputusan yang bijaksana dan seringkali menyakitkan.
Cinta melibatkan perubahan tertentu dalam diri memang benar. Akan tetapi ,hal itu adalah pengembangan diri, bukan pengorbanan diri.
Cinta sejati adalah sebuah aktivitas melengkapi diri. Sesungguhnya , bahkan lebih dari itu ; cinta sejati memperluas bukan mengurangi.
Cinta sejati memenuhi diri bukan mengosongkan diri. Dalam pengertian sesungguhnya , Cinta itu sama egoisnya dengan bukan cinta. Disini lagi-lagi ada paradoks bahwa cinta adalah egois dan tidak egois pada saat yang bersamaan.
Sesungguhnya bukanlah egoisme dan pengorbanan diri yang membedakan cinta dengan yang bukan cinta. Namun yang membedakan adalah tujuan dari tindakan tersebut. Dalam kasus cinta sejati yang menjadi tujuannya adalah perkembangan spiritual. Dalam kasus bukan cinta tujuannya adalah sesuatu yang lain.
Cinta adalah sebuah tindakan, sebuah aktivitas. Inilah pengertian cinta yang harus dibenahi. Cinta bukanlah perasaan .
BANYAK SEKALI ORANG MERASA SEDANG MENCINTA , NAMUN MELAKUKAN SEGALA CARA YANG TIDAK MENYENANGKAN DAN MENGECEWAKAN DALAM MENANGGAPI PERASAAN TERSEBUT. Sebaliknya INDIVIDU YANG SEDANG JATUH CINTA SERING MELAKUKAN TINDAKAN YANG MENYENANGKAN TERHADAP ORANG YANG SECARA SADAR TIDAK DIA SUKAI . Dia benar-benar tidak merasakan cinta terhadap orang tersebut saat itu, bahkan mungkin merasa jijik terhadap orang itu dalam hal tertentu.
Perasaan cinta adalah emosi yang mengiringi fenomena pemusatan energi psikis pada seseorang atau sesuatu (Cathecting).
FENOMENA INI, INGAT BAIK-BAIK, MERUPAKAN PROSES YANG MEMBUAT SEBUAH OBJEK MENJADI PENTING BAGI KITA.
Begitu sungguh-sungguh diperhatikan, objek tersebut , yang biasa disebut “Objek Cinta”, dipenuhi oleh engergi kiita seolah-olah telah menjadi bagian dari diri kita. Hubungan antara diri kita dan objek yang dipenuhi energi ini disebut ‘kateksis’. Oleh karena itu kita bisa saja memiliki banyak hubungan semacam ini pada saat yang sama, maka kita akan bicara tentang kateksis kita.
Cinta sejati tercermin dalam komitmen dan penggunaan kearifan. Jika kita peduli terhadap perkembangan spiritual seseorang, kita tahu kalau kekurangan komitmen dapat membahayakan , dan bahwa komitmen terhadap,orang itu mungkin sangat penting bagi kita untuk menunjukkan kepedulian kita secara efektif. Karena alasan ini , komitmen merupakan landasan dari hubungan psikoterapeutik .
Cinta dalah kehendak untuk mengembangkan diri demi memelihara perkembangan spiritual
(Anonymous,kiriman sahabat)
Cinta itu terlalu besar dan terlalu dalam untuk dapat benar-benar dipahami , diukur atau dibatasi dalam kerangka kata-kata. Salah satu dari sifat cinta yang misterius adalah tidak ada satupun yang pernah sampai kepada definisi cinta yang memuaskan.
Sesungguhnya kita tidak akan mampu mencintai orang lain kecuali kita terlebih dahulu mencintai diri kita sendiri. Sebagaimana kita tidak akan mampu mengajari anak-anak kita disiplin sebelum kita terlebih dahulu menerapkannya. Sungguh mustahil untuk mengabaikan perkembangan spiritual kita sendiri demi mendukung perkembangan spiritual orang lain. Kita tidak akan dapat menjadi sumber kekuatan kecuali kita memelihara kekuatan kita.
Kesalahan konsepsi tentang cinta yang terkuat dan paling sering terjadi adalah kepercayaan bahwa “Jatuh cinta adalah Cinta atau setidaknya salah satu dari ekpresi cinta. Ketika seseorang jatuh cinta , sesuatu yang pasti dirasakannya adalah “saya mencintainya”. Tetapi ada dua persoalan yang lansung terlihat jelas.
Pertama : Fenomena jatuh cinta merupakan fenomena erotis yang terkait dengan seks. Kita tidak jatuh cinta dengan anak-anak kita meskipun kita sangat mencintainya secara mendalam. Kita tidak jatuh cinta kepada teman-teman berjenis kelamin sama –kecuali kita memiliki orientasi homoseksual meskipun kita sangat peduli pada mereka. Kita hanya jatuh cinta ketika kita , baik secara sadar ataupun tidak , termotivasi secara seksual.
Kedua : Fenomena cinta selalu bersifat sementara. Dengan siapapun kita jatuh cinta , cepat atau lambat kita akan putus cinta kalau hubungan tersebut berlansung cukup lama.
Penulis tidak bermaksud mengatakan bahwa kita selalu berhenti mencintai seseorang yang pernah kita cintai. Disini penulis hanya bermaksud mengatakan perasaan cinta menyenangkan yang menjadi ciri khas fenomena jatuh cinta selalu berlalu. Bulan madu senantiasa berakhir. Bunga keromantisan selalu memudar.
Untuk memahami karakteristik fenomena jatuh cinta dan sifat cinta yang tak abadi, kita harus menguji karakteristik dari sesuatu yang disebut oleh para psikiater sebagai batasan-batasan ego. Pengetahuan yang ada di dalam pikiran kita inilah yang dimaksud dengan batasan-batasan ego.
Perkembangan batasan ego merupakan sebuah proses yang terus berlanjut melalui masa-masa kanak-kanak menuju masa remaja dan bahkan hingga dewasa. Tetapi batasan yang ditegakkan kemudian lebih bersifat psikis
Cinta bukan sekedar memberi. Cinta adalah pemberian dan juga pembatasan yang bijaksana. Cinta adalah pujian dan kritikan yang bijaksana. Cinta adalah perdebatan, perjuangan, konfrontasi , dorongan, dukungan , dan pembatasan yang bijaksana yang bisa menambah kenyamanan. Cinta adalah kepemimpinan.
Kata “bijaksana “ artinya membutuhkan penilaian , dan penilaian membutuhakn lebih dari sekedar naluri. Cinta membutuhkan pengambilan keputusan yang bijaksana dan seringkali menyakitkan.
Cinta melibatkan perubahan tertentu dalam diri memang benar. Akan tetapi ,hal itu adalah pengembangan diri, bukan pengorbanan diri.
Cinta sejati adalah sebuah aktivitas melengkapi diri. Sesungguhnya , bahkan lebih dari itu ; cinta sejati memperluas bukan mengurangi.
Cinta sejati memenuhi diri bukan mengosongkan diri. Dalam pengertian sesungguhnya , Cinta itu sama egoisnya dengan bukan cinta. Disini lagi-lagi ada paradoks bahwa cinta adalah egois dan tidak egois pada saat yang bersamaan.
Sesungguhnya bukanlah egoisme dan pengorbanan diri yang membedakan cinta dengan yang bukan cinta. Namun yang membedakan adalah tujuan dari tindakan tersebut. Dalam kasus cinta sejati yang menjadi tujuannya adalah perkembangan spiritual. Dalam kasus bukan cinta tujuannya adalah sesuatu yang lain.
Cinta adalah sebuah tindakan, sebuah aktivitas. Inilah pengertian cinta yang harus dibenahi. Cinta bukanlah perasaan .
BANYAK SEKALI ORANG MERASA SEDANG MENCINTA , NAMUN MELAKUKAN SEGALA CARA YANG TIDAK MENYENANGKAN DAN MENGECEWAKAN DALAM MENANGGAPI PERASAAN TERSEBUT. Sebaliknya INDIVIDU YANG SEDANG JATUH CINTA SERING MELAKUKAN TINDAKAN YANG MENYENANGKAN TERHADAP ORANG YANG SECARA SADAR TIDAK DIA SUKAI . Dia benar-benar tidak merasakan cinta terhadap orang tersebut saat itu, bahkan mungkin merasa jijik terhadap orang itu dalam hal tertentu.
Perasaan cinta adalah emosi yang mengiringi fenomena pemusatan energi psikis pada seseorang atau sesuatu (Cathecting).
FENOMENA INI, INGAT BAIK-BAIK, MERUPAKAN PROSES YANG MEMBUAT SEBUAH OBJEK MENJADI PENTING BAGI KITA.
Begitu sungguh-sungguh diperhatikan, objek tersebut , yang biasa disebut “Objek Cinta”, dipenuhi oleh engergi kiita seolah-olah telah menjadi bagian dari diri kita. Hubungan antara diri kita dan objek yang dipenuhi energi ini disebut ‘kateksis’. Oleh karena itu kita bisa saja memiliki banyak hubungan semacam ini pada saat yang sama, maka kita akan bicara tentang kateksis kita.
Cinta sejati tercermin dalam komitmen dan penggunaan kearifan. Jika kita peduli terhadap perkembangan spiritual seseorang, kita tahu kalau kekurangan komitmen dapat membahayakan , dan bahwa komitmen terhadap,orang itu mungkin sangat penting bagi kita untuk menunjukkan kepedulian kita secara efektif. Karena alasan ini , komitmen merupakan landasan dari hubungan psikoterapeutik .
Cinta dalah kehendak untuk mengembangkan diri demi memelihara perkembangan spiritual
(Anonymous,kiriman sahabat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar