Berkata Umar r.a : “ Kemuliaan dunia bisa diraih dengan harta; Kemuliaan akhirat hanya bisa di raih dengan amal Shaleh” ..........Berkata Usman r.a :” Kesedihan dalam urusan dunia dapat menggelapkan hati ; Kesedihan dalam Urusan akhirat bisa menerangi hati “ ..........Berkata Yahya bin Muadz : “Orang yang mulia tidak akan durhaka kepada Allah; Orang yang bijaksana tidak akan memilih dunia dengan meninggalkan akhirat “..........Berkata Sufyan Ats Tsaury : “ Setiap kemaksiatan yang timbul dari dorongan nafsu masih bisa diharapkan ampunannya; Setiap kemaksiatan yang timbul dari kesombongan , maka tidak dapat diharapkan ampunannya”..........Berkata seorang Ulama Zuhud : “ Barangsiapa berbuat dosa , sementara dia tertawa ( merasa bangga) , maka kelak Allah akan memasukkanya ke neraka dalam keadaan menangis; Barangsiapa taat kepada Allah, sementara dia menangis (sebab amat takut kepada –NYA) ,maka kelak Allah akan memasukkannya kedalam surga dengan penuh kegembiraan”..........Berkata seorang bijak : “Barangsiapa menyangka bahwa ia punya penolong yang lebih utama dan lebih kuat daripada Allah , berarti ia benar-benar belum mengenal Allah dengan baik ; Barangsiapa menyangka bahwa dirinya mempunyai musuh yang lebih kuat daripada dorongan nafsunya , berarti ia belum mengenal dirinya dengan baik”..........Berkata Abu bakar Asy-Syibli : “ Jika engkau sudah merasakan nikmatnya dekat dengan Allah , niscaya engkau bisa merasakan bagaimana pahitnya jauh dari Allah”..........Berkata Asy –Syibli : “Jika hatimu ingin merasa tenang dan tentram dengan Allah ,maka janganlah engkau turuti hawa nafsumu; Jika engkau ingin dikasihi Allah , maka kasihilah makhluk Allah” ..........Berkata Abu Bakar Ash – Shiddiq : “ Tiga hal yang tidak bisa dicapai dengan tiga hal lainnya semata-mata (melainkan dengan izin Allah) , 1. Kekayaan tidak bisa dicapai dengan cita-cita semata; 2. Keremajaan tidak dapat dicapai dengan disemir semata; 3. Kesehatan tidak akan dapat dicapai dengan obat-obatan semata “ ..........Berkata Umar r.a : “ Bersikap simpatik dengan orang lain adalah bagian dari kecerdasan akal; Bertanya dengan cara yang baik adalah bagian dari ilmu; dan kepandaian memanage adalah bagian dari penghidupan.” ..........Berkata Usman r.a : “ Barangsiapa yang menjauhi keduniawian niscaya akan dicintai Allah; Barangsiapa yang menjauhi dosa- dosa akan dicintai para malaikat; Barangsiapa yang menanggalkan ketamakan terhadap milik orang lain , niscaya akan dicintai oleh orang lain”..........Berkata Ali r.a : “ Dari sekian banyak nikmat dunia , cukuplah islam sebagai nikmat bagimu; Dari sekian banyak kesibukan , cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu; Dari sekian banyak pelajaran , cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu”..........Berkata Ibnu Mas’ud : “Betapa banyak manusia yang dihukum secara berangsur-angsur melalui kesenangan yang diberikan kepadanya; Betapa banyak manusia yang mendapat cobaan melalui pujian orang lain kepadanya; Betapa banyak manusia yang terperdaya karena kelemahan nya disembunyikan oleh Allah”..........Jibril berkata kepada Rasulullah Shalallahu a’laihi Wassallam : “ Wahai Muhammad , hiduplah engkau seberapapun lamanya, namun engkau pasti akan mati; Cintailah siapa saja yang engkau sukai , namun engkau pasti akan berpisah dengannya ; Beramallah semaumu , namun engkau pasti akan mendapat balasannya”..........

Minggu, 28 November 2010

.::Sesegeralah Berbuat Baik Dengan Sebaik-baiknya::.


سمــــــــــم الله الرحمن الرحيم
Assalamu aleykum warahmatulahi ta'ala wabarakatu ...

Saudaraku yang budiman, permasalahan ini sengaja kita bahas untuk memberikan kemantapan dan ketenangan di dalam hati kita terhadap adanya keragu-raguan yang menyelimuti hati tatkala kewajibanpada kedua orang tua. berjihad tiba. Ya, di antara kita mungkin ada yang masih samar atau belum mengetahui secara jelas tentang permasalahan tersebut di atas, yakni mana yang lebih utama antara kewjiban berjihad fii sabilillah dengan berbakti

Untuk mengetahui jawaban permasalahan tersebut, mari kita perhatikan hadits Rasulullah sebagaimana terdapat dalam Hadits No. 1097 dari kitab Bulughul Maram sebagai berikut: Dari Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Ada seseorang datang menghadap rasulullah meminta izin untuk berjihad (berperang), maka beliau bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup ?” Dia menjawab: “Ya!” Rasulullah bersabda: “Kalau begitu berjihadlah (dengan berbakti) kepada kedua orang tuamu.” (Muttafaqun ‘alaih). Kemudian Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Abu Dawud juga meriwayatkan hadits yang serupa dari jalan Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu dengan tambahan lafadz: “Pulanglah dan mintalah izin kepada mereka berdua! Jika keduanya mengijinkan maka berjihadlah, tetapi jika keduanya tidak mengijinkan maka berbaktilah kepada mereka berdua.”

Apa yang bisa kita pahami dalam hadits tersebut di atas? Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam menerangkan dalam kitab beliau Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram tentang faedah yang bisa di ambil dari hadits tersebut adalah sebagai berikut:


Pertama, Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi setiap individu muslim, lebih-lebih jika kedua orang tuanya telah berusia lanjut, maka kebutuhan orang tua atas bantuan anak-anaknya semakin besar. (selanjutnya beliau menyebutkan dalil-dalil tentang pentingnya berbakti pada kedua orang tua seperti tersebut dalam Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah yang shohih, pent.)

Kedua, Jihad itu memiliki keutamaan yang sangat besar, tetapi masih lebih rendah keutamaannya bila dibandingkan dengan berbakti pada kedua orang tua. Karena berjihad itu fardhu kifayah kecuali pada keadaan-keadaan tertentu, sedangkan berbakti pada kedua orang tua adalah fardhu ‘ain pada setiap keadaan.

Ketiga, Menyerahkan tenaga, jiwa dan raga untuk tetap menjaga kebaikan hidup kedua orang tua serta jerih payah untuk memenuhi segala yang dibutuhkan kedua orang tua dinamakan juga berjihad, karena perbuatan tersebut sangat berat pelaksanaannya, sama dengan berperang melawan orang kafir.

Keempat, Sama saja, apakah jihad yang fardhu ‘ain atau fardhu kifayah, apakah orang tua itu mengijinkan atau tidak mengijinkan, maka berbakti pada kedua orang tua tetap lebih diutamakan, berdasarkan riwayat dari Imam Ahmad dan Imam An-Nasa’i bahwa: Jahimah As-Sulami datang kepada Nabi dan bertanya: “Saya ingin ikut berperang dan saya datang untuk meminta pertimbangan anda..” Maka Rasulullah bersabda: “Apakah kamu punya ibu?” Jahimah As-Sulami menjawab: “Ya!” Kemudian beliau bersabda: “Tetaplah kamu bersama ibumu, karena surga itu berada di bawah kakinya.”

Kelima, Jumhur ulama berpendapat bahwa diharamkan berjihad jika kedua orang tua atau salah satunya tidak mengizinkan dengan syarat kedua orang tuanya muslim, karena berbakti kepada orang tua itu fardhu ‘ain sedangkan jihad itu fardhu kifayah. Tetapi jika jihad itu fardhu ‘ain hukumnya, maka jihad itu harus didahulukan daripada berbakti kepada kedua orang tua, karena jihad disini adalah untuk kepentingan umum kaum muslimin, (yakni) untuk menjaga agama dan menjaga (jiwa dan kemuliaan) kaum muslimin.

Keenam, Hadits ini menerangkan wajibnya memberi nasihat bagi orang yang membutuhkannya.

Ketujuh, Hadits ini juga menerangkan tentang wajibnya menjelaskan hal-hal yang rinci jika hal itu diperlukan.

Kedelapan, Hadits ini juga menerangkan bahwa para sahabat sangat keras usahanya untuk melaksanakan ibadah secara benar, sehingga mereka tidak segera melaksanakan jika mereka masih belum mengerti hukumnya sampai betul-betul paham setelah ditanyakan kepada Rasulullah . Demikianlah semestinya bagi setiap muslim, (bahwa) melaksanakan syari’at itu haruslah sesuai dengan dalil.


Demikianlah penjelasan Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam tentang hadits tersebut di atas. Dengan ini pula kita dapat mengetahui keutamaan masing-masing amalan tersebut sesuai kedudukannya. Mudah-mudahan kita semua termasuk yang memiliki keutamaan untuk mengamalkan kedua amalan tersebut di atas dengan izin Allah Ta’ala. Amiin.

Kedudukan orang tua dalam Islam sangatlah istimewa. Tingkatan ketaatan kepada mereka persis setelah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Banyak orang yang berlebihan dalam kelakuannya kepada mereka dan tidak sedikit pula orang yang kurang adabnya kepada keduanya.

Birrul Walidian (berbakti kepada kedua orang tua) adalah salah satu masalah yang penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan kepada manusia untuk bertahuid kepada-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tuanya.

Dalam surat Al-Isra ayat 23-24, Allah berfirman:
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya.” [Al-Isra:23]
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil.” [Al-Isra:24]

Al-Hafidz Ibnu Katsir telah menerangkan ayat tersebut sebagai berikut:
Allah Ta’ala telah mewajibkan kepada semua manusia untuk beribadah hanya kepada Allah saja, tidak menyekutukan dengan yang lain. “Qadla’” di sini bermakna perintah sebagaimana yang dikatakan Imam Mujahid, wa qadla yakni washa (Allah berwasiat). Kemudian dilanjutkan dengan “Wabil waalidaini ihsana” hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Ayat ini mempunyai makna yang sama dengan surat Luqman ayat 14:
“…. hendaklah kalian bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu dan kepada-Ku lah kalian kembali.”
Dan jika salah satu dari keduanya atau keduanya berada di sisimu dalam keadaan lanjut usia, ‘fa laa taqul lahuma uffin’ maka janganlah berkata kepada keduanya ‘ah’ (’cis’ atau yang lainnya). Jangan memperdengarkan kepada keduanya perkataan yang buruk.

‘Wa laa tanharhuma’ dan janganlah kalian membenci keduanya. Ada juga yang mengatakan bahwa ‘Wa laa tanhar huma ai la tanfudz yadaka alaihima’ maksudnya adalah janganlah kalian mengibaskan tangan kepada keduanya.
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang perkataan dan perbuatan yang buruk, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan untuk berbuat dan berkata yang baik. Seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ‘wa qul lahuma qaulan karima’ dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia, yaitu perkataan yang lembut dan baik dengan penuh adab dan rasa hormat.



Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan kasih sayang, hendaklah kalian bertawadlu’ kepada keduanya. Dan hendaklah kalian berdo’a, “Ya Allah sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangi dan mendidiku di waktu kecil”, pada waktu mereka berada di usia lanjut hingga keduanya wafat.

Perintah Birrul Walidain juga tercantum dalam surat An-Nisa ayat 36, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, kepada kaum kerabat kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin, kepada tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan dirinya.” [An-Nisa:36]

Para ulama terdahulu telah membahas masalah Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) ini dalam kitab-kitab mereka. Sepeti dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan kitab-kitab hadits besar (Ummahatul Kutub) lainnya dalam pembahasan tentang berbakti kepada kedua orang tua dan ancaman terhadap orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tua.

Pengertian tentang Berbuat Baik dan Durhaka
Menururt lughoh (bahasa), Al-Ihsan berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan. Sedangkan yang dimaksud dengan ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua orang tua yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan terhadap keduanya.
Menurut Ibnu Athiyah, kita wajib juga mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah, harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang.

Sedang ‘uquq artinya memotong (seperti halnya aqiqah yaitu memotong kambing). ‘Uququl Walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap kedua orang tuanya baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Contoh gangguan dari seorang anak kepada kedua orang tuanya yang berupa perkataan yaitu dengan mengatakan ‘ah’ atau ‘cis’, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci dan yang lainnya.
Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak memperdulikan, tidak bersilaturrahmi atau tidak memberikan nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin.

Wajibnya Berbakti dan Haramnya Durhaka Kepada Orang Tua
Kita pahami dengan sepenuh hati, bahwa kita wajib berbuat baik kepada kedua orang tua dan durhaka kepada keduanya adalah haram. Namun terkadang ketika sedang konflik dengan orang tua atau dalam kondisi-kondisi lainnya, kita sering melupakan hal ini. Untuk itu, agar mengingatkan kembali bagaimana kedudukan kedua hal ini (wajib dan haramnya), kami bawakan peringatan-peringatan dan ancaman-ancaman dari Allah dalam Al-Qur’an.
Allah memerintahkan dalam Al-Qur’an agar berbakti kepada kedua orang tua. Mengenai wajibnya seorang anak berbakti kepada orang tua,

Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 23-24.
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya.” [Al-Isra:23]
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil.” [Al-Isra:24]

Juga pada surat An-Nisa ayat 36:
“Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, kepada kaum kerabat kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin, kepada tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan dirinya.” [An-Nisa:36]

Juga terdapat dalam surat Luqman ayat 14-15:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali.” [Luqman:14]
“Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan.” [Luqman:15]

Atau seperti yang tercantum dalam surat Al-Ankabut ayat 8, tidak boleh mematuhi orang tua yang kafir kalau mengajak kepada kekafiran.
“Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Al-Ankabut:8]

Serta surat Al-Ahqaaf ayat 15-16:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdo’a “Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk menysukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridlai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” [Al-Ahqaaf:15]
“Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” [Al-Ahqaaf:16]

Sedangkan tentang anak durhaka kepada kedua orang tuanya terdapat di dalam surat Al-Ahqaaf ayat 17 sampai dengan ayat 20:
“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘Cis (ah)’ bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku ? lalu kedua orang tua itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, “Celaka kamu, berimanlah ! Sesungguhnya janji Allah adalah benar” Lalu dia berkata, “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu.” [Al-Ahqaaf:17]

“Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (adzab) atas mereka, bersama-sama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.” [Al-Ahqaaf :18]
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) apa yang telah mereka kerjakan sedang mereka tidak dirugikan.” [Al-Ahqaaf:19]
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan), “Kamu telah memhabiskan rizkimu dalam kehidupan duniawi dan kamu telah bersenang- senang dengannya maka pada hari ini kamu dibalas dengan adzab yang menghinakan. Karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak, dan karena kamu telah berbuat fasik.” [Al-Ahqaaf:20]
Sedangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 215:

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” [Al-Baqarah:215]


Banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang menerangkan tentang wajibnya berbakti kepada kedua orang tua. Dalam surat Luqman, Allah menyebutkan wajibnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tua dan bersyukur kepadanya serta disebutkan juga tentang larangan mengikuti orang tua jika orang tua tersebut mengajak kepada syirik.
Ketahuilah bapak dan ibu Allah tidak pernah meyulitkan kehidupan kita selagi, kita mau bertawakal kepada Allah , tetapi ibu dan bapak sekarang lebih banyak mengejar harta di dunia ini sama sekali tidak bisa kita pungkiri karena saya tau bahwa kehidupan di jaman sekarang semua nya serba naik dan mahal ,

namun bapak dan ibu tidak sewajib nya untuk meninggalkan tugas kalian sebagai seorang muslim yaitu menjalankan printah Allah dan membagi waktu untuk si anak agar serorang anak yang telah Allah titipkan dalam kehidupan bapak dan ibu bisa mengerti bahwa ibu dan bapak nya mencari rizki untuk sich anak dan ketahuilah bapak dan ibu Allah menyuruh kita dalam beribadah sesugguhnya bukan untuk meyulitkan kehidupan kita namun untuk mebersikan diri kita agar kita bisa bersyukur dalam kehidupan ini ,

dan harus ketahuilah bu dan bapak sesungguhnya kita tak usah takut dalam urusan rezeki , dan sesungguhnya ketika kita masih di kandungan ibu kita semua sudah tertulis di laiful mafhudz masalah umur , rezeki , takdir kita , tidak mungkin Allah mau meyulitkan hamba nya dalam menjalani ujian , namun di lain sisi seorang hamba tidak bisa meyelesaikan nya , dan ketahuilah sesungguhnya dimana ada kesulitan pasti ada kemudahan , karena ALlah maha tau apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan ini .

Allah SUbhanahu wa Ta'ala berfirman : "Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia ingin membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Maidah : 6)

Jika kedua orangtua kita telah tiada, Islam mensyariatkan untuk tetap berbakti kepada kedua orang tua, yaitu dengan :

  1. Mendo’akan serta memohonkan ampunan bagi kedua orang tua, sabda Rasulullah : “Ada seseorang yang dinaikkan derajatnya setelah ia mati” maka ia (yang mati) bertanya: “Wahai Rabbku, ada apa ini?” Dikatakan kepadanya: “Anakmu memohonkan ampun untukmu.” (Ibnu Majah).
2. Memperbanyak amalan shalih. Sesungguhnya orang tua akan mendapat balasan dari amalan shalih yanganak itu termasuk dari usaha dan harapan kedua orangtuanya. Allah berfirman “Dan sesungguhnya manusia tidak memperoleh selain apa yang telah ia usahakan sendiri.” QS 53, An Najm: 39. Sabda Rasulullah : Sesungguh nya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah hasil dari usaha nya sendiri, dan sesungguhnya seorang anak termasuk dari usahanya orang tua.” (HR. Abu Dawud) dilakukan     oleh anaknya, karena

3.Tetap menjaga silaturrahim terhadap kawan-kawan dan saudara orang-tuanya. Sabda Rasulullah Sesungguhnya kebaikan yang terbaik adalah menyambung persaudaraan dari keluarga kawan bapaknya (HR Muslim)

4.Memenuhi wasiat kedua orangtua, sepanjang wasiat tersebut dalam hal kebaikan dan bukan untuk bermaksiat kepada Allah.

Waba’du, memiliki akhlak yang tinggi, merupakan kekayaan termahal yang dapat membuat do’anya diijabah oleh Allah swt, sehingga bisa menyelamatkan dan memuliakan kedua orangtuanya. Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kekhilafan kedua orangtuaku, terimalah sekecil apapun segala amal ibadah yang telah mereka lakukan, serta sayangilah mereka, sebagaimana mereka dulu menyayangiku, ketika aku masih kecil”
“ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO” Artinya dalam Bahasa Indonesia : “ Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”
Amin Ya Allah ,Ya Robbillalamin...

Semoga bermanfaat , ... dan sesegeralah dalam Ibadah.

Subhanallah . . .
Syukron . . .,saling mengingatkan,tuk senantiasa membaca AlQuran,dan mengamalkannya,ibadah dan ahlak sesuai AlQuran&Hadist,dengan sholat wajib tepat waktu dan perbanyak sholat &puasa sunnah,menjaga keluarga tuk sakinah,mendidik anak-anak& anak yatim, serta tidak melanggar janji yang suci tuk dunia akherat. dan Husnul-Khotimah.
keluarga sakinah Mawaddah wa Rahmah adalah sumber dari segala sumber pahala ALLAH Allah Subhanahu Wa Ta'ala..
Amin Ya Allah ,Ya Robbillalamin...
Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

oleh Budiman Helly 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...