Kita harus menjadi air untuk mengikis sebuah batu...
Kaum adam yang mengagumkan, dan cenderung punya pribadi yang sekeras
batu.
Tak jarang kita akhirnya beradu pendapat karena punya pikiran yang
berbeda.
Saat kita memulaskan makeup untuk tampil cantik, mereka
berargumen semua itu palsu.
Menutup setiap kecantikan alami dan tak
sedap dipandang.
Di sisi lain, kita sendiri merasa makeup itu sama
pentingnya seperti pakaian.
Menyempurnakan setiap kecantikan alami.
Ada
pula argumen berbeda, tentang apa itu romantis dan bagaimana bersikap
romantis.
Atau argumen tentang harus membawakan tas belanjaan atau
tidak.
(Anda tentu jauh lebih tahu argumen apa saja yang sempat hadir di
dalam hubungan)
Dan apa jadinya jika kita bersikukuh saling mengadu pendapat?
Sama halnya seperti ketika batu diadu dengan batu. Keduanya sama
kerasnya.
Jika diadu, bisa jadi keduanya sama utuh. Atau malah berakhir
keduanya pecah menjadi puing batu. Sama-sama terluka.
Begini cara membentuk batu...
Jadilah air, kikislah, bentuk menjadi pribadi keras yang sejalan dengan
Anda.
Bukan dengan cara keras yang membuat keduanya terluka.
Namun dengan kesabaran,
ketulusan, kesepakatan, dan ketekunan dari waktu ke waktu.
Lihat saja
batu kali itu, tak ada yang merasa terganggu dengan aliran air sungai.
Sekalipun deras aliran airnya, atau tenang selembut kalbu, bebatuan itu
tak pernah keberatan dikikis dan dibentuk setiap harinya.
Bahkan
senantiasa berdiri kokoh di sana, menunggu aliran air datang dari hulu
ke hilir.
Begini cara menjadi air...
Tidak mudah kami katakan.
Banyak yang jatuh bangun saat mencobanya.
Tetapi kami juga akan mengatakan, Anda bisa bila mau mencoba.
Tak hanya
cukup mengetahui hak dan kewajiban sebagai seorang wanita,
kita juga
harus bisa menyeimbangkannya.
Tahu kapan saat berbicara, tahu kapan saat mendengar.
Berpikir dari sisi
pria, dan bersikap manis seperti seorang wanita.
Tahu bagaimana cara memakai makeup yang cerdas,
dan bukan sekedar
memakai topeng kecantikan.
Tahu kapan saatnya merajuk. Dan bersikap tegas serta mandiri.
Tahu kapan saatnya ingin dipeluk.
Dan selalu menyediakan bahu saat ia
juga butuh bersandar.
Tahu bagaimana menjadi wanita pekerja keras.
Namun juga lemah lembut
serta piawai menyajikan makanan di dapur.
Tahu bagaimana bersikap tegas. Sekaligus lemah lembut keibuan.
Seperti yang kami katakan, ini tidak akan mudah.
Tetapi, apabila Anda
tak mencobanya
Bagaimana Anda bisa tahu kalau cara ini tidak akan berhasil?
(agatha yunita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar