Kala itu, ketika Tuhan menciptakan Adam a.s., iblis tinggal di surga sebagai raja para jin. Ia dipanggil dengan sebutan “Abu”. Lalu ia datang, ditemani seribu pengikutnya, melihat apa yang sedang terjadi. Ketika iblis melihat Adam a.s., ia menyaksikan betapa indahnya makhluk itu. Berkat cahaya yang ada di dalamnya, Adam a.s. menjadi begitu indah, bersinar.
Adam a.s. pun menatap seksama kepada iblis. Lalu iblis berkata dengan angkuhnya, “Wahai Adam, adakah engkau manusia itu yang Allah ciptakan? Engkau hanya terbuat dari tanah, namun seperti itukah engkau menatapku? Tatapanmu membuatku bergidik! Bila Tuhan menempatkanmu di bawahku, di bawah kekuasaanku, aku akan menolongmu dengan cara apapun yang kumampu. Tapi kuperingatkan kau, bila Dia menempatkanmu di atasku, maka aku akan melakukan apa saja demi menyiksamu.”
Maka wajah yang bersinar penuh cahaya itu pun menatap semakin tajam kepada Abu, dan iblis pun membentak kasar, “Beraninya kau menatapku seperti itu, kau hanya terbuat dari tanah!” Iblis meludahi Adam a.s. Maka, begitu ludah itu tepat mengenai perut Adam a.s., racun yang terkandung di dalamnya pun mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Tempat jatuhnya ludah itu menjadi tanda lahir baginya.
Menyaksikan kejadian itu, Tuhan berkata kepada Jibril a.s., “Wahai Jibril, pergilah kepada Adam. Iblis telah meludahi ciptaan-Ku yang suci. Racun iri, sombong, dan serakahnya telah memasuki Adam dan mengotorinya. Pergilah dan ambillah racun itu.” Dengan seketika, Jibril a.s. pun berada di tempat itu. Maka dengan kedua jarinya, Jibril a.s. mencongkel secuil tanah di mana ludah itu tepat mengenai perut Adam a.s. Bekas congkelan itu kini menjadi pusar di perut manusia, dan merupakan satu di antara 28 huruf pembentuk jasad manusia.
Satu huruf yang diambil dari jasad Adam a.s. itu diberikan kepada seekor anjing, dan diletakkan pada mahkota kepalanya. Ketika Adam a.s. menerima jiwa, lalu bangkit, anjing pun bangkit. Karena satu huruf di kepalanya itu, anjing menjadi hewan yang penuh rasa syukur. Ia dapat hidup bersama manusia dan mengikutinya. Ia mampu mendegar kata-kata dan mencintai pemiliknya. Namun, terkecuali di atas kepalanya itu, yang tak tersentuh itu, seluruh bagian jasadnya yang lain adalah najis, kotor, penuh dengan hawa nafsu dan sifat-sifat iblis lainnya.
Tuhan lalu meletakkan jiwa ke tubuh Adam a.s. Jiwa itu dimasukkan melalui ujung atas mahkota kepalanya, atau ‘arsy, dan turun ke seluruh tubuhnya. Perlahan, otak pun melalui berfungsi, namun seluruh bagian tubuhnya yang lain masih bersifat tanah/bumi. Lalu jiwa itu turun menyentuh matanya, maka mata itu pun melihat. Turun menyentuh hidung, dan hidung dapat mencium. Menyentuh telinga, dan hidung pun mendengar. Turun menyentuh lidah, dan Adam a.s. pun kini mampu berkata-kata. Saat itu, walau ia baru setengah jadi, dan jiwa itu baru memasuki dadanya, Adam a.s. menggeliat dan mencoba menekan dirinya dengan kedua tangannya.
“Wahai Adam, bersabarlah,” Tuhan berkata, “Lihatlah, engkau masih setengah jadi. Setengah tubuhmu adalah daging dan tulang, sementara yang lainnya hanyalah tanah tak berbentuk. Sekalipun demikian, engkau terburu-buru hendak bangun. Inilah tanda bahwa manusia akan menjadi makhluk yang tak penyabar. Sungguh ia akan menjadi makhluk yang terburu-buru!” Lalu Adam a.s. bersin, dan jiwa itu pun meresap dan turun ke seluruh tubuhnya.
Beberapa saat kemudian, Tuhan memerintahkan para malaikat untuk mengundang Adam a.s. ke surga. Di sana Tuhan memanggil para utusan, makhluk-makhluk terang (awlia) dan semua warga surga, dan Tuhan berkata, “Aku menciptakan Adam sebagai pemimpin. Berdirilah di belakang Adam dan sujud pada-Ku.” Mereka menuruti perintah itu, kecuali iblis dan seribu pengikutnya.
Melihat hal ini, Tuhan dengan tegas memerintahkan iblis, “Wahai Abu, berdirilah di belakang Adam dan sujud pada-Ku!”
Namun setan menjawab, “Ya Tuhan, hamba tahu bagaimana bersujud pada-Mu. Namun hamba tak akan menyembah-Mu di belakang Adam. Ia dicipta dari tanah, sementara hamba dari api, maka hamba tak mungkin berdiri di belakangnya.”
“Manusia bersujud pada-Ku. Berdirilah di belakangnya dan sembah Aku!” Tuhan memerintahkannya lagi.
Namun iblis bersikeras menolak, “Hamba tak akan berdiri di belakangnya.”
Sekali lagi Tuhan menyeru, “Wahai yang terkutuk, sembah Aku dan berdirilah di belakang Adam.” Namun iblis tetap menolak.
Akhirnya Tuhan mengutuk iblis, seraya berkata, “Wahai mal’uun (yang terkutuk), engkau yang terusir! Tak ada tempat bagimu di sini. Aku mengirimmu ke neraka.”
“Hamba siap ke neraka,” jawab iblis. “Adam adalah musuh hamba. Maka sebelum hamba pergi, ijinkan hamba untuk menghancurkan Adam dan seluruh pengikutnya!”
“Siapapun yang mengikuti-Ku tidak akan mengikutimu, dan siapa saja yang mengikutimu tak akan mengikuti-Ku,” Tuhan menjawab. “Jika engkau berniat menghancurkan siapa yang berserah diri pada-Ku, maka engkau akan tertolak dalam hina. Kekuatanmu akan luluh. Engkau tak mampu menghancurkan pengikut-Ku tanpa ijin dari Ku. Engkau tak memiliki kekuatan untuk menghancurkan mereka yang berserah diri pada-Ku. Sekarang, pergilah!”
Iblis meminta lebih banyak, “Ijinkan hamba untuk menghilangkan bentuk hamba dan menyelusup ke dalam manusia, dimana pun ia berada, dan menghancurkannya dari dalam dan luar.”
“Engkau hanya mampu berada di kegelapan, engkau tak akan mampu berada di tempat yang penuh cahaya. Jika engkau masuk ke diri seseorang yang hidup dalam keberimanan kepada-Ku, maka engkau akan terusir dalam kehinaan. Pergilah engkau, iblis!”
Namun iblis bersikeras, “Tak peduli seberapa banyak hamba akan gagal, hamba akan selalu mencoba. Bahkan pada detik terakhir kehidupannya di bumi, hamba akan sekuat tenaga menariknya ke dalam api hamba, membuatnya tak bisa membayar hutangnya pada-Mu. Bila segala cara telah gagal, inilah yang hamba lakukan!”
“Wahai yang terhina,” suara Tuhan menggelegar, “siapapun yang mengikuti-Ku akan hidup di bumi dan mengembalikan kehidupannya kepada bumi. Namun siapapun yang mengikutimu, akan hidup dalam api, berakhir dalam api dan tak kan mampu membayar hutangnya kembali kepada tanah. Barangsiapa menikmati kegelapanmu dan menumbuhkan sifat-sifat marah, dengki, iri, mencela, prasangka, sombong, karma, maya (ilusi), perilaku buruk, bohong, berbangga diri, balas dendam, dan siapapun yang percaya pada kekayaan dan iming-iminganmu pada neraka, maka ia akan berakhir di neraka. Bahkan sekalipun ketika ia hidup dalam jasadnya, kehidupannya akan terbakar oleh api neraka. Ia akan hidup dalam kenestapaan yang besar dan berakhir dalam apimu.
“Namun jika ia hidup bersama-Ku, jika ia berniat mendekat pada-Ku dan menumbuhkan sifat-sifat kesabaran, syukur, tawakkal kepada-Ku, dan menghaturkan puji-pujian kepada-Ku, jika ia melayani seluruh makhluk hidup seperti halnya ia melayani dirinya sendiri, menumbuhkan 30.000 sifat kasih sayang-Ku dalam dirinya dan mengasihi seluruh makhluk, ia akan mewarisi kerajaan-Ku. Namun ia yang mensifati dirinya dengan sifat-sifatmu akan selamanya menjadi korban api neraka. Baik dalam hidup maupun matinya, ia akan terbakar dalam api. Sekarang, keluarlah engkau, setan!”
Setan dan seribu pengikutnya pun terusir dari surga dan hadir di bumi. Sekalipun begitu, setan tetap mampu terbang ke tujuh tingkatan surga dan melakukan tipu dayanya. Di bumi, ia memiliki kekuatan berkata-kata melalui patung, batu, dan berhala. Di masa Namrud dan Firaun, ia menggunakan kekuatan ini dan mengakibatkan berbagai kesulitan bagi anak-anak Adam a.s. di Mesir dan Jerusalem. Tuhan mengirim utusan-utusan, satu demi satu, demi menepis kekuatan setan, dan akhirnya, melalui Rasul Muhammad s.a.w., kekuatan berkata-kata melalui berhala telah dihancurkan dan dilepas darinya.
By : Vicky Robiyanto
OLEH :Bawa Muhaiyaddeen
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar