Laman

Selasa, 27 Juli 2010

Penciptaan kedua (setelah Nur Muhammad) ...

Lama kemudian, Tuhan pun bermaksud menciptakan makhluk hidup. Melalui segenggam tanah, api, air, udara, dan eter, Dia membentuk jasad bagi makhluk-makhluk itu. Lalu Dia pun berkehendak mencipta manusia…

70.000 tahun sebelumnya, Dia telah menetapkan rizki, pemeliharaan (rizq) bagi manusia itu — pangannya, airnya, kekayaannya, kesenangan, kehangatan, dan segala hal yang diperlukannya. Bila jumlah makanan, air, api, udara, dan eter yang ditetapkan untuk seseorang itu telah habis, maka Izrail a.s., Sang Malaikat Maut, akan memanggilnya kembali. Inilah yang dimaksud dengan takdirnya (nasib). Manusia menghadapi takdir ini karena rizkinya, bagian pemeliharaan untuknya, telah ditetapkan sebelum kedatangannya di dunia.

Setelah mengadakan berbagai makhluk hidup, Tuhan pun mencipta manusia, dan Dia hendak menjadikan manusia sebagai makhluk paling tinggi, paling bijaksana di antara semua ciptaan-Nya yang lain. Dia telah menganugrahkan tiga tingkat kesadaran kepada makhluk-makhluk lain. Namun kepada manusia Dia menambahkan empat tingkatan lainnya: memilih/memutuskan, hikmah, qutb, dan gnanam . Semua ini diberikan kepada manusia agar ia dapat menjadi ayah, guru, sayyid, pemelihara, dan wakil Tuhan bagi seluruh makluk. Manusia dianugrahi sifat-sifat ini agar ia mampu memberi ketenangan dan kedamaian bagi makhluk-makhluk lain.

Lalu Tuhan memanggil Malaikat Jibril a.s. dan berkata, “Pergilah ke empat sisi, empat arah di dunia. Ambillah dari tiap sisinya sampai engkau peroleh segenggam tanah, lalu berikan kepada-Ku.”

Jibril a.s. pun patuh dan pergi menjalankan perintah itu. Cahaya Nur Muhammad telah memasuki Bumi ketika sebelumnya Sang Nur menciumnya, sehingga Bumi pun memiliki hikmah. Maka, ketika Malaikat Jibril a.s. hendak meraih sejumput tanah, Bumi itu menyeru, “Wahai Jibril, jangan ambil tanah dariku. Semua makhluk yang Tuhan ciptakan melaluiku akan tergelincir ke neraka. Mereka akan berdosa, merusak dan menghancurkan satu sama lain. Mereka akan menipu, membunuh, dan hidup dengan cara-cara yang haram. Mereka tak akan memahami kebenaran. Mereka akan hidup kaya dan bersenang-senang melaluiku dan melupakan Dia, Tuhanku, sehingga mereka jatuh ke neraka. Bila anak-anak yang tercipta melaluiku itu jatuh ke neraka, tak kan sanggup aku memikulnya. Sungguh akan sangat menyiksa dan menyedihkanku bila anak-anakku berakhir di neraka. Oleh karena itu, aku mohon kepadamu, dengan nama Tuhan, janganlah kau ambil tanah dariku!”

Mendengar ini, Jibril a.s. pun meletakkan tanah itu kembali dan pergi menemui Tuhan, menceritakan semua yang dialaminya. Maka Tuhan mengutus Malaikat Mikail a.s. untuk mengumpulkan tanah dari keempat sisi itu. Namun hal yang serupa terjadi pada Mikail a.s. dan ia kembali menghadap Tuhan. Kemudian Malaikat Israfil a.s. diutus, namun ia pun kembali dengan cara yang sama.

Sampai akhirnya, Tuhan mengutus Sang Malaikat Maut, Izrail a.s. Ketika Izrail a.s. mengambil tanah dari keempat sisi dunia, Bumi melarangnya, “Dengan nama Tuhan, aku mohon padamu, jangan kau ambil tanah dariku!”

Namun Izrail a.s. bersikeras, “Adukan itu kepada Dia yang engkau telah bersumpah dengan nama-Nya! Dialah yang telah memerintahkanku mengambil tanah ini. Adukan itu kepada-Nya!” Izrail a.s. pun meraih segenggam tanah dari keempat sisi dan pergi menghadap Tuhan.

Lalu, suara Tuhan terdengar, “Bawalah segenggam tanah itu ke Karbalaa’, titik pusat dunia.” Izrail a.s. pun pergi dan meletakkan segenggam tanah itu di tempat yang diperintahkan-Nya.
Orang berkata bahwa Karbalaa’, titik pusat dunia, berada di antara Jerusalem dan Jeddah. Mereka mengatakan bahwa disinilah Adam a.s. dicipta. Namun ada suatu pemaknaan lain: bahwa segenggam tanah itu, Karbalaa’ itu, adalah juga hati (qalb) manusia. Di dalamnya, Tuhan mengatur dan memelihara 18.000 alam dan 15 lapisan. Dia meletakkan semua ini di dalam sirr (rahasia) manusia. Di sinilah peperangan manusia itu terjadi, di hati ini — di segenggam tanah ini.

Ketika segenggam tanah diambil, Tuhan berkata, “Wahai Bumi, engkau benar. Akulah yang menciptakanmu, dan Aku akan menciptakan banyak makhluk melaluimu. Aku akan mengeluarkan aturan dan bagian-bagian yang telah ditetapkan (nasib). Dan bagi tiap-tiap makhluk yang kuciptakan melaluimu, Aku akan membuat jasadnya, hidupnya, makanan dan pemeliharaan yang cukup. Aku sendiri yang akan menjadi Hakim. Bismillahir Rahmaanir Rahiim — untuk segenggam tanah itu, Aku-lah yang akan menjadi Pemelihara dan Pelindungnya. Aku-lah yang akan menjadi Penguasa, Pengatur, dan Badushaah-nya. Seperti halnya Aku adalah Pencipta dan Raja bagimu, Aku pun akan menjadi Raja, Rabb (Tuhan) bagi siapa yang akan kuciptakan melaluimu, dan Aku sendiri yang akan menjadi Pelindungnya.

“Wahai Bumi, Aku bertanggungjawab atas penciptaan, perlindungan, pemeliharaan, dan pemberi kedamaian bagi seluruh ciptaan-Ku. Aku akan menjadi Hakim, Aku yang akan menjatuhkan keputusan akhir, dan Aku akan bertanggungjawab atas Hari Kebangkitan dan kehidupan di Akhirat. Bukan engkau. Maka, tak usah engkau merasa terbebani olehnya. Aku yang akan menetapkan takdir bagi setiap yang hidup. Dengan takdir dan kesepakatan, akan ada pembatasan dan sebuah hari sebagai hari kematian sesuai pembatasan itu. Dan setelah kematian, akan ada penentuan, keputusan baginya. Ia akan dibangkitkan di hari kebangkitan, hari diajukannya pertanyaan, dan dijatuhkannya keputusan. Dari hasil diajukannya pertanyaanitu, Aku akan menciptakan surga dan neraka.

“Aku-lah yang akan menempatkan di dalam tiap-tiap manusia ketetapan tentang apa-apa yang halal dan haram, baik dan buruk (khair dan sharr), rahasia dan perwujudannya (sirr dan sifaat). Aku-lah yang memberi semua ini, dan Aku yang akan menjatuhkan keputusan akhir. Aku akan menganugrahkan kerajaan yang sesuai bagi tiap-tiap diri, sesuai dengan sikap dan perilakunya. Bila ia berlaku baik, maka ia akan memperoleh kerajaan surga-Ku. Bila ia berlaku buruk, ia akan mendapatkan kerajaan neraka-Ku. Aku-lah Sang Penguasa surga dan neraka. Aku Raja dari tiga dunia — dunia jiwa, dunia ini, dan dunia akhirat. Engkau tak bertanggungjawab atas semua ini, Wahai Bumi. Tak perlu engkau khawatir atau bersedih akan hal ini. Aku-lah yang menciptakanmu dan menganugrahkan bagimu kekuatan yang besar, kemenangan, dan kekayaan. Dan Aku-lah pula yang akan menyebarkan semua kekayaan ini, bukan engkau.
“Namun, segenggam tanah yang kuambil darimu itu adalah ‘hutang’. Tanah itu milikmu. Tanah itu diberikan kepadamu. Makhluk hidup yang akan Kucipta melaluimu akan memperoleh pemeliharaan darimu, hidup dan tumbuh pada dirimu. Aku akan menggunakanmu sebagai jasad mereka. Mereka akan meminum airmu, menggunakan api dan udaramu, dan memakan segala yang tumbuh darimu. Inilah ‘kekayaan bersama’ yang Kuberikan kepadamu. Aku telah menganugrahkanmu tanah, api, air, udara, dan eter untuk digunakan bersama oleh semua ciptaan-Ku. Seperti itulah Aku akan mencipta, dan engkau haruslah senantiasa menyediakan dirimu bagi mereka, tanpa pilih kasih.

“Semua ciptaan, bahkan burung dan hewan-hewan, akan terikat pada kelima elemen ini. Barangsiapa sanggup memutus ikatan-ikatan ini dan mengenal-Ku ketika ia tumbuh dan berkembang, barangsiapa melakukan ini dan sujud mengabdi pada-Ku, Aku akan ’sujud mengabdi kepadanya’. Barangsiapa mencintai-Ku, Aku akan mencintainya. Barangsiapa mendekat selangkah pada-Ku, mencari-Ku, Aku akan mendekat sepuluh langkah padanya. Barangsiapa memanggil nama-Ku sekali, Aku akan memanggil namanya sepuluh kali. Barangsiapa memuji-Ku sekali, Aku akan memujinya sepuluh kali.

“Tak terhitung banyaknya mulut, telinga, mata, hidung, dan tangan yang ada dalam diri-Ku. Dengan telinga itulah Aku mendengarnya. Dengan matanya, Aku melihatnya. Dengan mulutnya, Aku berbicara dengannya. Dengan tangannya, Aku menuntunnya. Inilah rahmat-Ku. Oleh karena itu, wahai Bumi, janganlah bersedih. Inilah sebabnya kenapa Kutetapkan apa yang disebut sebagai takdir, inilah kenapa Kutetapkan batasan dan kadar, sebuah kesepakatan, pada seluruh makhluk hidup. Aku akan memanggil kembali setiap makhluk sesuai dengan kesepakatan itu.

“Wahai Bumi, melalui segenggam tanah sebagai pinjaman darimu ini, Aku melipatgandakan manusia seribu kali, dan Aku perintahkan mereka mengembalikan seribu genggam tanah itu pula kepadamu. Ini ‘hutang’-Ku, kewajiban yang akan Aku emban. Ketika kesepakatan manusia telah berakhir, Aku bayar ‘hutang’-Ku ini kepadamu. Kuambil segenggam tanah ini darimu, dan bila seorang manusia tak mengembalikannya kepadamu, maka hal ini akan menjadi tanggungan besarnya di Hari Penentuan. Dia akan terhukum. Aku akan mengembalikan setiap manusia ke tempat yang sama di mana segenggam tanah itu diambil untuk menciptakannya. Akan Kuletakkan setiap jasad di tempat yang semestinya, dan akan Kuraih jiwanya. Aku akan melakukannya sesuai kesepakatan dan kadar tiap orang. Oleh karena itu, wahai Bumi, jangan kau khawatirkan dirimu tentang hal ini. Karena alasan inilah Aku perintahkan Izrail untuk meletakkan segenggam tanah itu di titik pusat, Karbalaa’. Inilah hati, dan di dalamnya terdapat rahasia. Tak perlu kau khawatirkan tentang hal ini.”

Tuhan menyimpan segenggam tanah itu di Karbalaa’ selama 70 tahun, di mana Ia menurunkan hujan 7 tahun lamanya demi memperbanyaknya. Lalu Ia pun mengambil tanah itu dan membentuk jasad bagi Adam a.s. Beberapa lama kemudian, karena Bumi dan Nur telah bersatu, Tuhan menerangi cahaya Nur Muhammad di dahi Adam a.s. Titik ini disebut sebagai mata kebijaksanaan: kursi. Sekalipun mata kita tertutup, bila kita membuka mata yang lain, mata rahmat Tuhan, mata kebijaksanaan ruhani dan pengetahuan (gnanam dan ilm) maka kita akan mampu melihat segalanya. Seseorang yang berada di tingkatan ini akan memiliki keindahan. Ia pun akan dikenal sebagai Suratul Insan, Suratul Qur’an, atau Suratul Fatihah.

Bersambung....

By : Vicky Robiyanto
oleh Bawa Muhaiyaddeen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar