Jika seseorang dapat memahami dan menghayati takdir Allah SWT untuknya, maka dia akan merasa sabar dan lapang dada dalam menjalani kesulitan hidup, juga tidak bersedih dan kecewa ketika ditimpa musibah. Lebih dari itu dia akan merasakan besarnya kasih sayang Allah SWT kepadanya. juga bergembira dengan pahala besar yang akan diterimanya kelak
Laman
▼
Jumat, 14 Januari 2011
Kisah si Mantel Merah dan Biru
SEBUAH KISAH DARI AFRIKA
Alkisah ada dua orang sahabat sejak kecil dan mereka bertekad untuk tetap menjaga persahabatan mereka selamanya. Ketika mereka tumbuh dewasa dan menikah, mereka membangun rumah-rumah mereka saling berhadapan hanya sebuah jalan kecil yang membentuk perbatasan antara ladang-ladang mereka.
Suatu hari, seorang penipu dari desa memutuskan untuk memainkan triknya.
Ia mengenakan mantel dari dua warna yang dibagi menjadi dua. Jadi, satu sisi mantel merah dan sisi lain biru…
Sang penipu mengenakan mantel ini dan berjalan sepanjang jalan sempit di antara rumah-rumah kedua sahabat tersebut. Mereka sedang bekerja di ladang mereka masing-masing. Sang penipu sengaja membuat suara yang cukup berisik untuk memastikan bahwa masing-masing dari mereka bisa mendengar dan melihat dia lewat.
Ketika sore hari seorang teman berkata kepada yang lain,
"Bukankah itu pria yang tadi siang mengenakan mantel merah ?"
"Bukan", jawab si B.
"Itu adalah mantel biru. Saya melihatnya dengan jelas ketika ia berjalan di antara kita !
" Kata si A, tidak, tadi dia mengenakan mantel merah."
" Kau salah ! " Si B berkata, "Aku melihatnya juga, dan warnanya biru."
"Aku tahu apa yang kulihat ! " Si B bersikeras.
"Mantel merah ! , jawab si A dengan penuh kemarahan…Kau tidak tahu apa-apa,"
" Tidak, itu mantel biru !
" Mereka terus berdebat tentang hal itu berulang-ulang, menghina satu sama lain dan akhirnya mereka mulai memukul dan menyakiti satu sama lain dan berguling-guling di atas tanah.
Tak lama berselang sang penipu kembali melewati kedua sahabat yang sedang bertengkar, saling memukul dan menendang satu sama lain dan berteriak-teriak, "Persahabatan kita telah berakhir ! "
Sang penipu berjalan langsung di depan mereka dan menunjukkan kepada mereka mantelnya. Dia tertawa terbahak-bahak melihat mereka berkelahi.
Kedua sahabat melihat bahwa mantel tersebut berwarna merah di satu sisi dan biru di sisi lain dan menyadari bahwa mereka telah dipermainkan oleh sang penipu. Mereka kemudian berkata, "Kami telah hidup berdampingan seperti saudara sepanjang hidup kami dan Kau telah memulai sebuah peperangan di antara kami."
"Jangan salahkan aku untuk perkelahian kalian," kata sang penipu.
"Bukan saya yang membuat kalian bertengkar.
Kalian berdua sama-sama benar dan sama-sama salah sebab kalian hanya memandang sesuatu dari satu sisi, dari sudut pandangnya sendiri dan langsung merasa anda yang paling benar. Kalian tidak berusaha mempertimbangkan untuk melihatnya dari sudut pandang yang lain."
Itulah sepenggal kisah yang dapat kita petik sebuah hikmah yang terkandung di dalamnya…
Menurut saya pribadi, itulah salah satu sifat dan kelemahan manusia… merasa dirinya selalu yang paling benar tanpa berusaha untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain…dan terkadang mereka memaksakan kehendak dan pandangan mereka tanpa berusaha untuk bersikap lebih bijak.
Sedikit saja ada perbedaan dapat memecah satu hubungan baik yang telah terjalin selama ini..
Padahal yang namanya perbedaan itu adalah suatu yang biasa dalam hidup ini bila diterima dengan kedewasaan. Tidak mungkin ada manusia yang benar-benar sama/mirip, dan hal itu telah Allah SWT buktikan pada anak kembar… Walaupun mereka kembar identik, mereka tidak pernah sama 100%.
Seharusnya perbedaan itu dapat menjadi suatu bentuk kesempurnaan dan dapat melengkapi kekurangan satu sama lainnya yang ada pada diri masing-masing bila perbedaan diterima dengan keikhlasan dan kelapangan jiwa, tanpa diliputi oleh rasa iri dan keegoisan…
Kita seharusnya sadar bhw kita merupakan makhluk yang didesain oleh Allah SWT dengan sempurna, kita memiliki akal sebagai alat berfikir, hati sebagai alat memahami, nurani sebagai alat interospeksi, syahwat sebagai penggerak tingkah laku dan hawa nafsu sebagai tantangan.
Kesemuanya itu dirancang untuk menghadapi medan kehidupan yang sulit. Dengan akal kita bisa memecahkan masalah yang sulit, dengan hati kita bisa menerima kenyataan yang pahit, dengan nurani kita bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dengan syahwat membuat kita dinamis mencari dan dengan hawa nafsu kita menjadi tertantang untuk mampu mengendalikan diri.
Be Wise and Emotionally Intelligent ! And always Have A Positive Thinking!
Semoga Allah selalu memberi kita taufik dan hidayah-Nya dalam hidup ini sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang tertipu dan terperdaya.
ceritanya baguss
BalasHapusceritanya menarik dan juga bagus. thanks for sharing
BalasHapusST3Telkom
artikelnya sangat menarik dan juga bagus. terimakasih sudah berbagi
BalasHapusST3Telkom