Laman

Sabtu, 21 Agustus 2010

Mahkamah Keadilan Ilahi

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Ketika pulang dari Shiffin, Sayyidina Ali k.w melewati perkuburan dipinggiran kota kuffah. Beliau berkata seraya menghadap kearah perkuburan, "Wahai penghuni kampung yang sunyi. Wahai penduduk yang tinggal ditempat sepi .

Wahai orang yang berbaring diatas tanah, yang terasing, yang sendirian, yang kesepian . Kalian telah mendahului kami. Kami Insyaallah akan menyusul kalian. Rumah kalian telah ditinggali orang, istri (atau suami) kalian sudah menikah lagi, harta kalian sudah dibagi-bagikan. Inilah kabar dari kami. Bagaimana kabar dari kalian?"

Imam Ali k.w. kemudian menoleh kepada sahabat-sahabatnya, "Demi Allah , sekiranya Allah mengizinkan mereka berbicara, mereka akan berkata : "Sesungguhnya bekal yang paling baik adalah takwa," (Nahjul -Balaghah, "Hikam". 130)
 

Sayangnya bekal ketakwaan inilah yang justeru sering kita abaikan. Setiap hari kita selalu bekerja keras untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga. Banyak diantara kita menyisihkan sebagian rezeki , kemudian ditabung untuk dipersiapkan sebagai bekal mudik jika Hari Raya Idul Fitri tiba. Tetapi jarang terpikir bahwa kita harus berusaha keras untuk bekal mudik ketempat asal kita yang paling akhir. 
Sebuah tempat akhir yang tidak cukup hanya dikunjungi hanya beberapa hari, tetapi justeru melalui perjalanan yang jauh dan panjang, yang satu harinya sama dengan seribu tahun pada hitungan kita sekarang. Berapa banyak diantara kita yang membanting tulang untuk persiapan masa pensiun yang hanya beberapa tahun; tetapi lupa untuk mempersiapkan masa ribuan tahun setelah ajal menjemput kita.

Pada waktu "Mudik" yang sebenarnya nanti, siapa yang akan menjemput kita dan menemani kita sejak alam kubur sampai kehadapan Allah?
Amalan mana yang akan menyertai kiita : Orang yang berwajah indah dan menenteramkan atau Orang yang bermuka buruk rupa dan menakutkan?

Allah SWT menjelaskan kepada kita dua macam kematian. Pertama kematian orang mukmin yang shaleh. “ORANG-ORANG YANG DIWAFATKAN MALAIKAT DALAM KEADAAN BAIK, PARA MALAIKAT BERKATA : SEJAHTERALAH BAGI KALIAN , MASUKLAH KE SURGA DENGAN APA-APA YANG SUDAH KALIAN AMALKAN (An-Nahl : 32). Allah SWT akan menyapanya dengan mesra , “HAI JIWA YANG TENTERAM , KEMBALILAH KEPADA TUHAN-MU DENGAN PENUH KERIDHAAN DAN DI RHIDAI. DAN MASUKLAH DALAM KELOMPOK HAMBA-HAMBA KU. MASUKLAH KE SURGA-KU” ( Al-fajr 27-30)

Kedua , kematian orang-orang yang durhaka. Simaklah pertanyaan Tuhan, “BAGAIMANAKAH KEADAAN MEREKA KETIKA MALAIKAT MAUT MEMATIKAN MEREKA, SERAYA MEREMUK REDAMKAN MUKA MEREKA DAN PUNGGUNG MEREKA ? YANG DEMIKIAN ITU KARENA MEREKA MENGIKUTI APA YANG DIMURKAI ALLAH DAN MEMBENCI KERHIDAAN-NYA. LALU ALLAH HAPUSKAN SEMUA AMALNYA” (Muhammad 27-28).
“Orang-orang yang dimatikan malaikat dalam keadaan berbuat dosa (menzalimi diri mereka ) maka mereka merebahkan diri menyerah seraya berkata: KAMI TIDAK MELAKUKAN PERBUATAN JAHAT.
(Malaikat menjawab): KAMU JUSTERU MELAKUKANNYA.
SESUNGGUHNYA ALLAH MAHA MENGETAHUI APA YANG TELAH KAMU KERJAKAN. MAKA MASUKLAH KEPINTU-PINTU NERAKA JAHANNAM, KEKAL DIDALAMNYA. SUNGGUH SANGAT BURUKLAH TEMPAT ORANG-ORANG YANG MENYOMBONGKAN DIRI” (An-nahl 28-29)

Kita tidak tahu pada kematian mana kita akan berada : Apakah kita akan mati dalam pelukan Kasih Sayang Allah SWT. Ataukah mati dalam deraan malaikat maut dan kemurkaan Tuhan? Kita juga tidak tahu, apakah kita akan bangkit dari kubur dengan wajah yang berseri-seri, penuh kegembiraan? Yang kita ketahui dengan pasti ialah kita pasti masuk salah satu diantara keduanya.

Rasulullah SAW MENCERITAKAN ORANG YANG PALING MALANG KETIKA BERHADAPAN DENGAN Tuhan, itulah mereka yang berdiri dihadapan Rabbul Alamin, lalu ditangan-tangan mereka bergelantungan orang-orang yang pernah dizalimi. Orang-orang yang pernah dirampas haknya, Orang-orang yang pernah disakiti hatinya, orang-orang yang pernah di siksa tubuhnya, kesemuanya itu akan menghempaskan orang zalim dihadapan Tuhannya. Mereka akan mengambil seluruh amal Shalehnya-shalat, puasa , zakat, haji – dan membebankan diatas punggungnya seluruh dosa mereka. Mereka menertawakannya ketika malaikat Zabaniyyah menyeret ubun-ubunnya dan melemparkannya ke neraka.
Ali bin Abi Thalib k.w. berkata , “BEKAL YANG PALING BURUK UNTUK HARI KIAMAT ADALAH BERBUAT ZALIM KEPADA MANUSIA”

Betapa pentingnya kita ingatkan kembali tentang persiapan mudik yang abadi di hadapan ILAHI, . IMAN KITA DI ASAH KEMBALI. Hati kita dibolak-balik agar semakin halus dan yakin dalam menerima keluarbiasaan alam raya ciptaan ILAHI. Alam raya yang tidak saja kita tempati hari ini, tetapi juga alam raya dalam tanah, alam barzah, alam Padang Mahsyar , alam neraka , alam surga. Dalam Al-Quran sebagian dari gambaran alam itu sering kita baca,

“SUDAHKAH DATANG PADAMU PERISTIWA YANG MENGGUNCANGKAN
WAJAH-WAJAH HARI ITU TUNDUK KETAKUTAN
TERSEOK-SEOK KEPAYAHAN
JATUH KEDALAM API YANG SANGAT PANAS
DIBERI MINUM DARI MATA AIR YANG MENDIDIH
BAGI MEREKA TIDAK ADA MAKANAN SELAIN DURI NERAKA
YANG TIDAK MENGGEMUKKAN DAN TIDAK MELEPASKAN RASA LAPAR
WAJAH-WAJAH HARI ITU CERIA GEMBIRA
BAHAGIA DENGAN HASIL USAHANYA
DI SURGA YANG TINGGI
TAKKAN KAU DENGAR DISANA UCAPAN SIA-SIA
DIDALAMNYA ADA MATA AIR YANG MENGALIR
DI DALAMNYA ADA RANJANG-RANJANG YANG DI TINGGIKAN
GELAS-GELAS YANG DILETAKKAN
BANTAL-BANTAL YANG DI GELARKAN
DAN PERMADANI YANG DIHAMPARKAN (Qs Al-Ghasiyyah 1-16)

Kita tidak tahu apakah kita termasuk “wujuhun khasyi’ah” wajah- wajah yang ketakutan, atau “wujuhun na’imah” wajah- wajah yang ceria gembira. Sebab kalau kita melihat amal- amal kita , kita akan terkejut. Kita mungkin lebih dekat dengan “wajah- wajah yang ketakutan” daripada “wajah yang ceria”. Bukankah sebagian kita ada yang sangat lalai mengerjakan ibadah?
Bukankah di kesunyian malam saat Tuhan Yang Maha Rahman Dan Maha Rahim menanti kita untuk menemui-Nya , Kita malah tertidur lelap? Bukankah (sebagian dari kita ) ketika kita berpuasa , lidah kita tetap saja menggunjing dan memfitnah saudara kita sesama muslim ; mata kita selalu saja menikmati pemandangan yang dimurkai Allah; tangan kita terus saja digunakan untuk menzalimi sesama manusia, melakukan kemaksiatan, dan tidak henti-hentinya ketika berbuka puasa kita memasukkan makanan yang haram kedalam perut kita, dari harta yang diperoleh dengan merampas hasil keringat fakir miskin?
Pertanyaan- pertanyaan itu harus kita renungi sekarang dan kita jawab sekarang, sebelum nanti ditanya oleh Hakim Yang Maha Adil di Mahkamah Keadilan Ilahi…

(Dari berbagai sumber)
BC19022010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar