Suatu malam ketika hujan lebat , seorang penunggang kuda berhenti di pinggiran sebuah hutan tidak jauh dari tepian sungai.Dia ingin berteduh. Setelah mencari , akhirnya dia menemukan sebatang tongkat panjang dan menancapkan kuat-kuat, sehingga kudanya bisa ditambatkan disana.
Keesokan harinya , ketika akan berangkat meneruskan perjalanan dia berpikir bagaimana dengan tongkat ini apakah akan dibawa?
“Ah biarkan saja disini, siapa tau ada penunggang kuda lain yang bernasib sama seperti saya dan mau menggunakan tongkat ini!” Lalu dia meneruskan perjalanannya.
Tak lama kemudian lewatlah seorang petualang yang akan merambah hutan. Melihat tongkat yang berdiri tegak tertancap ditanah dia berpikir, ini akan membahayakan orang lain yang lewat apalagi jika malam hari, tentu akan tersandung, digeletakkan disisi lagi sehingga tidak mengganggu pejalan kaki dan diapun meneruskan perjalanannya bertualang.
Berikut lewat seorang pemancing yang akan memancing ikan tidak jauh dari tempat tersebut. Melihat ada sebuah tongkat panjang yang tergeletak dipinggir jalan, dia lansung berteriak “Aha...sudah dari tadi aku mencari tongkat untuk mengukur kedalaman sungai sehingga aku bisa memancing ke tengah sampai batas pinggang, akhirnya ketemu juga!”
Diapun membawa tongkat tersebut lalu dipakainya untuk mengukur kedalaman tepian sungai, agar dia bisa mendapatkan ikan yang lebih besar dengan memancing agak ketengah sungai.
Akhirnya memang benar, sang pemancing mendapatkan ikan yang cukup banyak dan besar-besar berkat tongkat panjang tersebut. Dengan muka berseri-seri , dia pulang sambil mengucapkan terimakasih kapada “tongkat” yang telah berjasa menolongnya untuk mengukur kedalaman tepian sungai. Selanjutnya dia berpikir tongkat tersebut tidak akan dibawanya pulang, namun dibiarkannya saja tergeletak ditepi sungai tersebut, siapa tahu ada pemancing lain yang membutuhkan agar sukacita yang dirasakannya sekarang karena memperoleh banyak ikan dapat dirasakan juga oleh pemancing lain kelak. Tongkatpun digeletakkan ditepi sungai, lalu dia pergi membawa hasil pancingannya.
Selang beberapa hari kemudian, tidak ada seorangpun yang melewati daerah tersebut dan tongkatpun tergeletak saja ditepi sungai. Semakin hari kayu tersebut semakin kering. Hingga lewatlah seorang lelaki pencari kayu yang sudah kesana kemari belum menemukan kayu kering. Kayu itu akan dijadikan kayu bakar untuk menanak nasi bagi keluarganya. Semua kayu yang diperoleh kurang bagus untuk memasak, hingga dia menemukan sebatang tongkat kering yang agak panjang untuk dijadikan kayu bakar. Dengan menggunakan parangnya, kayu tersebut dipotong-potong untuk dijadikan kayu bakar dirumahnya...
***
Sesungguhnya apa yang kita miliki saat ini hanyalah bersifat sementara, sehingga rasanya agak berlebihan jika seseorang mengklaim bahwa apa yang dimilikinya saat ini adalah miliknya yang abadi selamanya. Tidak ada satu orangpun di dunia ini bisa memiliki segala sesuatu tanpa sepengetahuan dan seizin sang khalik. Dia yang memberi dan Dia juga yang dapat mengambilnya dalam sekejap.
Itulah sebabnya semakin seseorang menerima dan memiliki segala sesuatu , baik fisik (harta) maupun non fisik ( jabatan, gelar, kompetensi) seyogyanya harus semakin hidup rendah hati, dan syukur. Sudah saatnya apa yang dimiliki dibagikan kepada orang lain, agar orang lainpun dapat merasakan Berkah Sang Khalik melalui uluran tangan kita.
Orang yang memberi tidak akan pernah kekurangan. Namun mereka yang sulit memberi (pelit) justru akan selalu merasa kekurangan dan ketakutan. Didalam pemberian ada kebahagiaan dan kebersamaan. Melalui pemberian , kita menyadari bahwa sesungguhnya manusia itu tidak sendiri dalam menjalani hari –hari kehidupannya.
Bukankah segala sesuatu ada masanya?
Ketika masa yang datang kurang menguntungkan dan menjadi beban (paceklik) , bukankah Sang Khalik dapat menggunakan tangan orang lain untukmenolong kita?
Tulisan ini mengisyaratkan kepada manusia bahwa kehidupan ini sesungguhnya sangat berkaitan dengan orang lain dan DALAM RENTANG WAKTU TERTENTU.
Namun demikian mereka yang memiliki MENTAL PECUNDANG sulit untuk MENGESTAFETKAN tongkat yang dimilikinya.
***
PERBEDAAN ANTARA PEMENANG atau PECUNDANG dalam MENGESTAFETKAN TONGKAT :
Pemenang selalu menjadi bagian dari jawaban
Pecundang selalu menjadi bagian dari masalah
Pemenang selalu mempunyai program
Pecundang selalu mempunyai alasan
Pemenang berkata ; “Saya kerjakan bagi Anda”
Pecundang berkata : “Itu bukan tugas saya”
Pemenang selalu melihat jawaban dalam setiap masalah
Pecundang selalu melihat masalah pada setiap solusi
Pemenang berkata : “Walau sulit, tapi bisa dilakukan”
Pecundang berkata : “Mungkin bisa dilakukan, tapi sulit”
APAPUN YANG TELAH ANDA TERIMA LEBIH DARIPADA YANG LAIN-DALAM HAL KESEHATAN, DALAM TALENTA, DALAM KOMPETENSI, DALAM KESUKSESAN DAN KONDISI RUMAH TANGGA SERTA KARIER, SEMUANYA ITU JANGAN DIANGGAP SEBAGAI SUATU YANG WAJAR. DENGAN RASA SYUKUR ATAS KEBERUNTUNGAN BAIK TERSEBUT, ANDA HARUS RELA MENGORBANKAN KEHIDUPAN DEMI KEHIDUPAN SESAMA “ (Albert Schweitzer)
Selamat mengestafetkan tongkat anda.....!
( Saduran bebas dari Parlindungan Marpaung “Fulfilling Life”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar