Menurut sebagian pakar , terdapat Tiga Tipe manusia dalam beribadah (taat melaksanakan perintah-NYA) . Ketiga Tipe ini sama-sama “ Lillahi taala” , hanya “Penghayatannya “ yang berbeda. Inilah yang membedakan kualitasnya.
Tipe pertama , adalah Tipe “Pedagang” , yaitu melakukan sesuatu demi memperoleh imbalan yang menyenangkan. Termasuk dalam kategori ini adalah orang yang taat kepada Allah karena mengharapkan diakhirat kelak akan dimasukkan kesurga.
Tipe kedua adalah tipe “ Budak” yang takut pada majikannya. Ia taat kepada Allah karena dorongan takut siksa neraka.
Tipe Ketiga , adalah Tipe “orang Arif” yaitu orang yang beribadah bukan karena mengharapkan imbalan surgawi dan juga bukan karena takut neraka, melainkan sebagai “Balas Jasa” karena menyadari betapa besar anugerah Allah yang telah diterimanya. Ia tidak berani membangkang kepada Allah semata-mata karena rasa malu bahwa Tuhannya telah memberikan yang terbaik untuknya.
Tidaklah pantas baginya membangkang pada perintah Allah yang telah memberinya anugerah yang tidak dapat dihitung banyaknya.
Dengan demikian segala tindakannya semata-mata karena tidak ingin Tuhan ‘kecewa’ kepadanya.
Melihat kenyataan sekarang ada pakar yang menambahkan satu Tipe lagi. Celakalah yang termasuk kepada tipe ini.
Tipe yang dimaksud oleh pakar ini adalah tipe yang bukan sebagaimana sang arif bersyukur , pedagang yang mengharap ataupun budak yang takut, ia adalah “tipe Robot” yang melakukan ibadah secara otomatis tanpa pemikiran dan penghayatan. Ia shalat namun yang teringat ialah bisnis, kenikmatan duniawi bahkan benda-benda kecil yang tidak bernilai.
Dengan alasan apapun rasanya kita tidak dapat mengingkari kebenaran yang dilakukan oleh tipe ketiga . lalu bagaimana halnya dengan tipe pertama dan tipe kedua ?
ternyata Al-Quran pun membenarkan sikap demikian, sebagaimana firman Allah berikut :
“Hai orang-orang yang beriman , sukakah kamu (bila) aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari api neraka? (Yaitu) kamu ber iman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya ; Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai , dan memasukkan (kamu) ketempat tinggal yang baik didalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (QS Ash-shaff : 10-12)
Salah seorang sahabat terkemuka Rasulullah yaitu Ustman Bin Afffan, yang kelak menjadi khalifah muslimin yang ketiga adalah seorang pedagang besar Madinah.
Suatu ketika Madinah mengalami masa paceklik yang sangat parah akibat masa peceklik yang berkepanjangan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan banyak yang mati.
Masyarakat Madinah banyak yang mengalami kelaparan. Pada saat gawat itu, datang rombongan kafilah dari negeri Syam membawa barang dagangan yang sebagian besar berupa makanan. Rupanya barang dagangan itu kepunyaan Ustman bin Affan. Para pedagang Madinah berebutan ingin membelinya dengan maksud akan dijual kembali kepada masyarakat yang memang sangat membutuhkan dengan harga berlipat-lipat .
Mereka menawar barang dagangan itu dengan harga tiga kali lipat dari harga pembeliannya.
Tetapi tawaran yang sangat menggiurkan itu ditolak oleh Ustman bin Affan, “Maafkan saya , barang dagangan ini telah terjual dengan harga yang lebih besar dari itu!” Tentu saja para pedagang itu keheranan , siapa orang yang berani membeli dengan harga tinggi itu. Mereka pun bertanya , “Wahai sahabat, siapakah orangnya yang telah membeli barang daganganmu dengan harga sangat tinggi itu?” Usman pun menjawab singkat , “Allah!”.
Dengan keheranan mereka balik bertanya , “Bagaimana caranya Allah memberikan keuntungan itu kepadamu? Jawab Ustman, “Allah menjanjikan kepadaku keuntungan tidak kurang dari 700 kali lipat, tidakkah kalian ingat janji Allah itu dalam Al-Quran?” lalu Ustmanpun membacakan firman Allah berikut :
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya dijalan Allah , tak ubahnya sebutir biji yang tumbuh menjadi tujuh tangkai. Pada masing-masing tangkai terdapat 100 butir biji.” (QS Al-Baqarah :261)
Para pedagang itu dengan keheranan bertanya, “ Apakah engkau akan sedekahkan seluruh dagangan yang sangat banyak ini?” Ustmanpun menjawab , “Benar. Seluruhnya aku sedekahkan kepada masyarakat yang menderita karena paceklik yang parah ini!”
Kisah ini memberikan gambaran orang-orang yang memiliki kepercayaan penuh pada janji Tuhannya. Tidak ada sedikitpun keraguan akan “Kejujuran” Tuhannya yang telah berjanji akan memberi keuntungan sebesar 70. 000 % (Tujuh puluh ribu persen ) bagi orang yang menginfakkan hartanya.
Ia yakin , Zat Yang Maha Suci, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tidaklah mungkin akan ingkar janji !
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, Pinjaman yang baik ( menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-NYA lah kamu dikembalikan . (QS Albaqarah :245)
Sumber : Ir Permadi Alibasyah “Bahan Renungan Kalbu, Penghantar mencapai Pencerahan Jiwa”
BC15042010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar