Laman

Sabtu, 14 April 2012

::: Tafsir Al Mu'awwizatain :::

“Al Mu’awwizatain” adalah sebutan bagi dua surat  "An-Nas dan Al-Falaq" . Secara bahasa berarti “dua permohonan perlindungan”. Dua surat ini diawali dengan kalimat قل أعوذ  (Aku berlindung) yang berasal dari kata عوذ  . Dari akar kata inilah berubah menjadi “Al Mu’awwizatain”. Kalimat ini tentunya terkait dengan isi surat yang terdapat di dalamnya dan asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat).

Sebab turunnya surat An-Nas dan Al-Falaq yaitu ketika peristiwa disihirnya Nabi Muhammad SAW oleh seorang Yahudi yang bernama Labid bin Al-A’shom. Sihirnya berupa ikatan tali yang menggulung yang mempunyai sebelas simpul. Ikatan tersebut diletakkan di sebuah sumur di bawah batu besar. 
Atas kejadian inilah Allah SWT menurunkan dua surat ini

Kamis, 05 April 2012

::: Lebih Penting Mana, Ibu Kita Atau Istri Kita? :::

Mas Didin (bukan nama sebenarnya) baru saja menikah dengan gadis Polowijen Malang, cantiknya bukan kepalang. Namun seribu kali sayang, pelitnya tidak ketulungan.

Sejak menikah, Mas Di
din diharuskan menyerahkan semua gajinya pada istrinya. Istrinyalah yang mengatur semua pengeluaran rumah tangga. Istilahnya, istrinyalah yang menjadi bendahara keluarga. Awalnya memang tidak ada masalah, tapi sebulan berikutnya, masalah itu muncul saat Ibunya Mas Didin datang minta uang. Mas Didin yang tidak pegang uang akhirnya minta uang pada istrinya. Tapi apa yang terjadi?

Ternyata istrinya tidak mau memberi uang kepada ibu mertuanya.

Rabu, 04 April 2012

::: Untaian Hikmah Ibnu ‘Athaillah :Terus Melangkah Dalam Berserah :::

 “ Jangan bersahabat dengan orang yang kondisinya tidak membangkitkan semangatmu dan perkataannya tidak mengantarmu pada Allah “ (43)

TIDAK ADA yang tidak saling memengaruhi dalam kehidupan ini . Karena itu , terimalah dunia ini sebagaimana adanya . Tetapi pilihlah bagian terbaiknya meski engkau juga harus mengakui bagian terburuknya .
Engkau harus mengukur keadaanmu agar bisa bijak menempatkan diri dalam pergaulan .
Bila dirimu masih termasuk pribadi yang labil dan mudah terpengaruh , sebaiknya pilihlah teman yang bisa mengantarkanmu pada kesadaran untuk hidup dalam keseimbangan dan prinsip yang teguh . Engkau tidak seharusnya memaksakan dirimu bergaul dengan mereka yang pembicaraan tidak engkau mengerti.

::: Untaian Hikmah Ibnu ‘Athaillah : Berhijrah Kepada Allah :::

“ Sinar mata batin membuatmu menyaksikan dekatnya Allah denganmu. Dan mata batin membuatmu menyaksikan ketiadaanmu karena keberadaan-Nya . Dan hakikat mata batin membuatmu menyaksikan keberadaan-Nya , bukan ketiadaanmu ataupun keberadaanmu.” (36)

ENGKAU HARUS menyelam kedalam “ samudera “ kearifan. Jangan lagi sekadar menjadi pemilik pengetahuan tentang samudera . Bila engkau belum mampu , setidaknya belajarlah melihat langsung samudera itu. Mereka yang sudah “ melihat “ dan “ menyelam “ ke dalam samudera “ kearifan “ tidak lagi tertipu dan terjebak pada apa yang tampak . Sebab , apa yang tampak tidaklah bisa dianggap kebenaran mutlak.Begitulah mereka yang telah “mendiami” kesadaran puncak,

::: Untaian Hikmah Ibnu 'Athaillah : Berjuang Dari Aib Menuju Yang Gaib :::

“ Sangatlah dungu orang yang menginginkan terjadi nya sesuatu yang tidak dikehendaki Allah pada suatu waktu “ (17)

KITA SERING keliru menyikapi pengabulan atas doa.Ini disebabkan kita tidak menakar kedudukan kita di sisi Allah , tetapi malah mempertanyakan kedudukan Allah di sisi kita . Allah menyapa kita dengan sangat terang melalui asma terindah-Nya . Sayangnya , kita tidak menghiraukan sapaan – Nya dan lebih memperhatikan permintaan kita kepada-Nya . Kehadiran-Nya yang nyata terhijab oleh khayalan kita semata . Padahal , apa yang kita inginkan senantiasa dikabulkan menurut kadar-Nya , bukan menurut kadar kita. Sesuai dengan kehendak-Nya , bukan sesuai dengan kemauan kita . Berserahlah pada keputusan – Nya .

::: Untaian Hikmah Ibnu 'Athaillah : Berserah Pada Takdir dan Anugerah :::

“Termasuk tanda pengandalan pada amal ialah berkurangnya harapan ketika ada kesalahan “ (1)

TIDAKLAH MUDAH melepaskan diri dari keterikatan hati pada apa yang kita kerjakan. Kita bahkan sering memenuhi pikiran dan perasaan kita dengannya. Bukan hanya saat mengerjakan , tetapi terlebih sesudahnya. Tentu ini karena kita ingin sempurna melewati semua proses kerja ( amal ) hingga akhir . Akhirnya tanpa kita sadari , kita lupa menempatkan Allah dalam perbuatan dan Tindakan kita ( Q. 53: 24-25 ) . Padahal , kita mestinya  “ melibatkan “ –Nya sejak awal agar apapun hasilnya tidak mengubah kedudukan kita di sisi – Nya.Maka, bekerja keraslah sembari tetap beribadah. Beribadahlah dengan benar dan ikhlas maka bekerja pun menjadi lepas. Bila tergoda, senantiasalah luruskan niat.